Jakarta (ANTARA News) - Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) meluncurkan buku berjudul “Opus 2019" yang berisi pencapaian lembaga tersebut dan perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia.

“Opus diharapkan bisa jadi pedoman untuk pemerintah dan bagi pelaku ekonomi kreatif untuk mengembangkan karya dan bisnis mereka,” kata Wakil Kepala Bekraf Ricky Pesik saat acara di Jakarta, Rabu.

Dalam buku ini, dijabarkan bagaimana perkembangan 16 subsektor ekonomi kreatif yang berada dalam naungan Bekraf dan bagaimana proyeksi di sektor tersebut pada tahun mendatang.

Menurut data Bekraf, PDB ekonomi kreatif diperkirakan berada di atas Rp1.000 triliun, diperkirakan akan naik menjadi Rp1.200 triliun pada 2019.

Bekraf memprediksi subsektor fesyen, kriya dan kuliner akan tetap menyumbang kontribusi terbesar terhadap perekonomian industri kreatif, apalagi subsektor itu relatif resisten terhadap guncangan ekonomi dunia.

Meski begitu, ada subsektor lain yang berpotensi menjadi kekuatan ekonomi baru, yaitu film, seni, musik dan game atau animasi.

“Opus 2019” juga mengulas pencapaian Bekraf sejak berdiri dan menjalankan berbagai program oleh masing-masing Deputi Bekraf.

Bekraf pertama kali mengeluarkan pencapaian berupa buku “Opus” pada 2017 lalu, perbedaannya kali ini selain sektor yang terus berkembang, buku ini juga ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

“Untuk memperlihatkan Indonesia signifikan sebagai pemain ekonomi kreatif di mata dunia,” kata Ricky.

Penggunaan bahasa Inggris dalam buku “Opus 2019” ini juga agar dapat dipamerkan di konferensi ekonomi kreatif tingkat dunia yang akan diadakan di Nusa Dua, Bali, pada November mendatang.

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2018