Usia tanaman 107 hari, sudah bisa panen
Jakarta, (ANTARA News) - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) menyebutkan sistem tanam jarak rapat pada tanaman jagung mampu meningkatkan produktivitas, sehingga sistem ini perlu disosialisasikan kepada petani untuk mendorong peningkatan pendapatannya.
 
Ketua HKTI Moeldoko dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu, menyebutkan sistem tanam jarak rapat jagung ini sudah dilakukan Kelompok Tani (Poktan) Tani Mapan, Desa Mejono, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur pada Kamis (18/10).

Panen jagung tanam jarak rapat tersebut berlangsung di areal seluas 42,8 hektare di Desa Mejono yang diikuti 1.000 petani dari seluruh wilayah Jawa Timur dan perwakilan di beberapa provinsi di Indonesia.
   
Acara bertajuk "Guyub Panen Nusantara" itu menggunakan benih BISI-18 dengan jarak tanam rapat (dekat) 60 cm x 15 cm. Hasil panen tanam rapat bisa mencapai 12,8 ton pipil jaung kering per hektare sedangkan produktivitas terendah 10 ton pipilan kering per hektar.
   
"Jagung hibrida yang ditanam ini varietas BISI-18. Usia tanaman 107 hari, sudah bisa panen," kata Moeldoko.

Selain Moeldoko, panen juga dilakukan Presiden Direktur PT BISI International Tbk (BISI) Jemmy Eka Putra, Presiden Direktur PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI) Tjiu Thomas Effendy serta Dirjen Tanaman Pangan Kementan Sumarjo Gatot Irianto.
   
Moeldoko mengatakan, dalam satu hektare jumlah tanaman jagung hibrida BISI-18 mencapai 100.000 pohon sementara pada penanaman biasa, jumlah populasi tanaman hanya 62.500 pohon.

Hasil  produksi mencapai lebih dari 10-12 ton/ha, sehingga dengan luas areal tanam jagung jarak rapat ini mencapai 42,8 hektar, maka produksi lebih dari 428 ton jagung. 

"Luas lahan 42,8 hektare ini hampir setengah dari luas lahan panen keseluruhan di Desa Menjono," katanya.
   
Luas lahan panen jagung di Kabupaten Kediri hingga Oktober 2018 mencapai lebih dari 15.347 hektare. Sementara areal tanam  jagung dalam setahun mencapai 46.300 hektare.  
Secara keseluruhan luas panen jagung di Jawa Timur, hingga Oktober 2018 mencapai 104 hektar.

Moeldoko menyebutkan HKTI hadir sebagai solusi bagi petani dan pertanian Indonesia karena organisasi ini mencari dan menawarkan solusi bagi permasalahan petani  seperti masalah lahan, teknologi, permodalan, manajemen, hingga pasca panen. 

"HKTI menginginkan petani terlibat dalam proses produksi dari hulu hingga pasca panen. Karena value yang tinggi di sektor pertanian adalah pascapanen. Untuk membangun kemandirian pangan dan pertanian nasional, HKTI menjadi mitra strategis pemerintah yang positif, baik di pemerintahan pusat maupun  pemerintahan daerah," tegasnya.
   
Sementara itu, Jemmy Eka Putra mengatakan penerapan inovasi penting untuk menghasilkan varietas yang terbaik, salah satunya dengan benih yang bermutu seperti jagung hibrida BISI-18 dengan produktivitas tinggi, yaitu 10 ton/ha sampai 12,5 ton/ha.  

"Varietas ini bisa ditanam jarak rapat. Dalam satu hektar bisa 100.000 pohon. Padahal, selama ini petani kita biasa tanam 62.500 pohon per hektare," katanya.

Provinsi Jawa Timur, lanjutnya, penyumbang produksi jagung terbesar di Indonesia karena luas areal tanaman jagung di provinsi itu mencapai lebih dari 1 juta hektare.

Tahun depan pihaknya menargetkan adanya peningkatan produktivitas jagung pipil. Perusahaan ini berencana akan meningkatkan kemitraan dengan petani jagung hingga 100.000 hektare, sedangkan dalam tiga tahun terakhir sudah menjalin kemitraan dengan petani jagung seluas 88.638 hektare.

Baca juga: Moeldoko: HKTI siap atasi lima persoalan petani
Baca juga: HKTI-Japfa kerja sama beli jagung petani

 

Pewarta: Subagyo
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018