Coba kita lihat waktu badminton ada yang lihat agamanya apa, sukunya apa? Enggak ada, hanya untuk satu yaitu Merah Putih, Indonesia Raya, negara kita tercinta. Waktu silat enggak ada yang menanyakan itu pesilat dari daerah mana, dari suku mana? Nggak
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo saat silaturahim ke Pondok Pesantren Bugen Al-Itqon, Semarang, Jawa Tengah mengingatkan kepada para santri bahwa kerukunan dan persatuan merupakan aset terbesar bangsa Indonesia yang harus terus dijaga.

"Sudah menjadi sunatullah bahwa bangsa ini memang beragam, berbeda-beda. Jangan sampai antar agama, antar suku, antar daerah menjelekkan, mencela, tidak saling menghargai, tidak saling menghormati," kata Presiden dalam sambutannya pada Sabtu.

Presiden mengajak seluruh pihak untuk saling menghormati dan menghargai serta memberikan toleransi kepada sesama anak bangsa.

Menurut dia, bangsa Indonesia akan maju dan bisa menjadi negara besar serta kuat jika bisa menjaga persatuan dan kesatuan.

Presiden memberi contoh bahwa dengan bekerja sama, maka Indonesia bisa berprestasi membawa harum nama bangsa.

"Coba kita lihat waktu badminton ada yang lihat agamanya apa, sukunya apa? Enggak ada, hanya untuk satu yaitu Merah Putih, Indonesia Raya, negara kita tercinta. Waktu silat enggak ada yang menanyakan itu pesilat dari daerah mana, dari suku mana? Nggak ada. Inilah yang dibutuhkan negara ini, sebuah persatuan yang kuat, sebuah kerukunan yang kuat," demikian Presiden dalam keterangan Deputi Protokol, Pers dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin.

Baca juga: Presiden silaturahmi di Ponpes Girikesumo

Presiden juga menjelaskan tentang kekhawatirannya atas sebaran kabar bohong, "hoax", maupun fitnah di media sosial yang marak menjelang pemilihan umum (Pemilu), pemilihan bupati atau walikota, pemilihan gubernur, hingga pemilihan presiden.

Kepala Negara mengatakan fitnah dan saling mencela bukanlah tata krama bangsa Indonesia dan nilai-nilai Islami.

Jokowi pun memaparkan berita palsu yang kerap menimpanya adalah tentang dirinya sebagai seorang aktivis Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dibubarkan pada 1965.

"Umur saya baru 4 tahun, masa sudah jadi aktivis PKI, masa ada PKI balita? Ada juga gambar DN Aidit Ketua PKI waktu pidato tahun 1955, di sebelahnya ada saya coba, saya lahir saja belum. Itulah jahatnya politik, jahatnya fitnah seperti itu. Tapi ada yang percaya, tanya langsung ke saya, ya saya jelaskan,” kata mantan Walikota Solo itu.

Selain itu Presiden juga mengajak seluruh pihak, termasuk pondok pesantren untuk membangun sumber daya manusia yang memiliki karakter baik.

"Tadi saya baca sekilas bahwa misi Pondok Pesantren Bugen Al-Itqon ini adalah membangun santri yang berakhlakul karimah dan membangun santri yang berkarakter ahlussunnah wal jamaah, saya rasa ini adalah sebuah visi ke depan yang sangat baik dan marilah kita wujudkan bersama-sama,” kata Presiden.

Sejumlah pejabat yang mendampingi Presiden dan Ibu Iriana Joko Widodo pada acara itu antara lain Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo,  dan Pimpinan Pondok Pesantren Bugen Al-Itqon KH Ubaidillah Shodaqoh.

Baca juga: Presiden silaturahmi di Ponpes Girikesumo
Baca juga: Presiden jalan-jalan ke Mal Ciputra Semarang

Pewarta: Bayu Prasetyo
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018