Jakarta (ANTARA News) - Dari radio Pro 2 FM di Kota Hujan mengalun tembang rock dari penyanyi yang masih asing: "Percepat langkahmu, larilah bersamaku. Bebaskan tirani, jangan takut kau bicara, jangan sembunyi. Lawan intimidasi, hancurkan kolusi, kalau takut ya jadi kecoa. Bangkit melawan, bersatu menyerang, ikut di belakangku. Jangan kau hanya jadi pecundang, di negeri sendiri." Dengan melodi yang memekik kencang, dentuman drum, dan penyanyi latar, membuat lagu itu menjadi riang. Penyanyi bersuara bariton itu mengulang-ulang syair lagunya, sehingga mudah dihafal, meskipun belum dikenali siapa pemilik suara tersebut. Sampai akhirnya penyiar radio itu menyampaikan,"Demikian lagu `Bangkit Merdeka` yang dinyanyikan Ki Gendeng Pamungkas dari album perdana bertajuk `Serat Jiwa`. Dapatkan kaset dan CD-nya di toko-toko kaset terdekat". Tokoh paranormal Ki Gendeng Pamungkas menjadi penyanyi dan merilis album perdana? Mengikuti jejak pelawak Tukul Arwana, pembawa acara Ussy Sulistiawaty, budayawan Emha Ainun Nadjib, mantan Gubernur Basofi Sudirman, atau bahkan mantan Panglima TNI Wiranto? Siapa nyana pria eksentrik yang tinggal di Bogor dan pernah menyantet Presiden AS George Walker Bush, menjelang kedatangannya ke Istana Bogor pada 20 November 2006, mencoba menjadi penyanyi komersial. Bahkan sejumlah musisi dan pencipta lagu terkenal seperti Deddy Dhukun, Dadang S Manaf, dan Hendy Irvan, dan pebiola Hendry Lamiri turut membidani album yang diproduksi oleh PT Nagaswara Sakti dan Planet Music Indonesia itu. Produser rekaman Nagaswara pun merupakan perusahaan bergengsi yang pada 26 April 2007 menerima penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atas kepedulian, pelaksanaan, dan peningkatan hak kekayaan intelektual. Terdapat 10 lagu dalam album penyanyi yang bernama asli Isan Massardi ini yakni "Bajingan", "Republik Penyamun", "Tenung", "Serat Jiwa", "Gang Geng Gong", "Sang Iblis & Pacarnya", "Bangkit Merdeka", "Sesal", "Gebyar Nusantara", dan "Bajul Buntung". Dalam irama blues yang kental, lagu "Bajingan" yang diciptakan Ki Gendeng dan Hendy Irvan menyoroti soal pembalak kayu yang telah menggunduli hutan dan merusak negeri. "Hey bajingan, kau jarah hutanku, kau kuras habis, kau gasak sudah hasil bumiku, ingat kebusukanmu pasti terbongkar". Ki Gendeng dan Deddy Dhukun menciptakan lagu kedua pada album ini, "Republik Penyamun" yang berirama perlahan dengan gaya bertutur dari penyanyinya. Pada bagian "refrain" syair lagu yang dinyanyikan bersama para penyanyi latar ini cukup membuat bulu kuduk merinding: "Bangsa ini bangsa yang kaya, tapi banyak koruptor. Negeri ini negeri yang kaya, tapi banyak malingnya. Terus terang lahir dan batin, rakyatnya bingung". Musik "rock and roll" mendominasi iringan lagu ketiga berjudul "Tenung" yang diciptakan Ki Gendeng dan Irman Azwar. Lagu ini berkisah tentang perpisahan dua sejoli meskipun sang kekasih amat mencintai. "Sesungguhnya harus kuakui betapa setianya kau mencitaiku. Maafkanlah semua yang pernah terjadi di antara kita". Lagu keempat, "Serat Jiwa" yang diciptakan Ki Gendeng dan Hendy Irvan mengingatkan pada lagu blues yang dilantunkan Gary Moore berjudul "Still Got The Blues" karena petikan gitar melodi dan aransemen musiknya mirip. "Serat Jiwa" juga merupakan tembang cinta. Tiupan "saxophone" cukup enak dinikmati dalam tembang kelima berjudul "Gang Geng Gong" yang diciptakan Ki Gendeng dan Hendy Irvan. Syair lagu ini berisi kritik sosial tentang keadaan republik yang serba salah meskipun presiden silih berganti tetapi keadaan belum membaik, wakil rakyat hanya pamer dedikasi, dan partai politik umbar janji tetapi tak pernah terbukti. Lewat "Gang Geng Gong", Ki Gendeng mengajak rakyat untuk bersatu memperbaiki keadaan: "Siapa yang berani, yok kita bersatu, potong satu generasi. Biar saja lapar, ya paling sehari, daripada susah semua melarat seumur zaman". Tembang keenam "Sang Iblis & Pacarnya" yang diciptakan Ki Gendeng dan Irman Azwar juga berirama "rock and roll". Lagu ini berisi pilihan untuk membenci atau mencintai iblis yang digambarkan sebagai sang kegelapan. Iblis tak henti-henti menggoda manusia: "Cinta cintailah diriku, karena aku saya padamu, walau aku sang kegelapan, namun aku tahu banyak warna". Lagu ketujuh dalam album ini "Bangkit Merdeka" diciptakan Ki Gendeng dan Hendy Irvan mengajak rakyat untuk bangkit. Nada perlahan kembali dapat dinikmati pada lagu kedelapan "Sesal" yang diciptakan Ki Gendeng dan Dadang S Manaf. "Gebyar Nusantara" yang menjadi lagu kesembilan dalam album ini, diciptakan oleh Ki Gendeng dan Dadang S Manaf. Lagu ini juga berirama "rock and roll", syairnya berisi tentang hitam putih negeri ini. Lewat lagu ini Ki Gendeng menyentil presiden, menteri, wakil rakyat, polisi, KPK, hakim, dan jaksa. Tembang pamungkas "Bajul Buntung" yang diciptakan Ki Gendeng dan Hendy Irvan mengisahkan tentang preman-preman politik. "Jangan kau pilih mereka, mereka bajul buntung, singkirkan saja mereka, sumpahin saja biar modar". Meskipun dalam album tersebut, Ki Gendeng mengungkapkan sikapnya yang muak dengan ulah koruptor, tetapi dalam kehidupan nyata tidaklah mesti demikian. Hal itu diperlihatkan Ki Gendeng ketika "melindungi" proses persidangan Bupati Kertanegara Syaukani Hassan Rais yang didakwa sejumlah kasus korupsi senilai ratusan milyar rupiah. Dalam persidangan Syaukani yang telah berjalan tiga kali pada Agustus 2007 misalnya, Ki Gendeng menggelar ritual untuk melindungi terdakwa dari kekuatan supranatural yang dikirimkan oleh lawan-lawan politiknya. Ritual yang dilakukan mulai dari membakar kemenyan, menyembelih gagak hitam, hingga berendam di Sungai Mahakam di kota Tenggarong yang disebutnya sebagai "karamuting". Sederet kontroversi seperti kehidupan masa lalu yang menekuni ilmu hitam, santet, bahkan voodoo di Haiti, hingga kabar insyaf dari dunia "magic" pada 1998, masih melekat dari paranormal asal Surabaya ini. Namun, dengan album perdana ini memperlihatkan bahwa Ki Gendeng juga memiliki bakat seni dan mengungkap sisi kehidupan yang lain. Yang jelas, dalam album ini Ki Gendeng menyampaikan terima kasih dunia akhirat untuk: "Allah SWT Sang Pencipta Yang Tanpa Batas Ruang dan Waktu serta Junjunganku Nabi Muhammad SAW". Ia juga menyampaikan terima kasih untuk para pengemis, pengamen, gelandangan yang tak bisa menikmati kemerdekaan ini, serta terima kasih kepada sejumlah misteri seperti "lima nyala api yang tak pernah padam" dan "dua langkah yang tak jenuh".(*)

Pewarta: Oleh Budi Setiawanto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007