Jakarta (ANTARA News) - Jakarta Geopolitical Forum (JGF) II yang digelar oleh Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI membahas persoalan isu keamanan dan perdamaian global, ekonomi pembangunan, dan masalah kemanusiaan. 
 
"Dalam forum ini akan dibahas soal keamanan global dan persoalan kemanusiaan," kata Gubernur Lemhannas, Letnan Jenderal TNI (Purn) Agus Widjojo saat jumpa pers, di Hotel Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu. 
 
Latar belakang digelarnya acaranya JGF yang kedua, kata Agus, dipengaruhi inisiasi China dengan Belt Road Initiatives (BRI), perang dagang AS dengan China dan pelemahan Uni Eropa yang ditandai keluarnya Inggris (Brexit). 
 
"Kita hadirkan para pakar geopolitik dunia yang membahas perubahan geopolitik dunia," kata Agus. 
 
Jakarta Geopolitical Forum merupakan session sharing bagi para pakar geopolitik dunia dalam menelaah situasi kawasan di dunia. Forum ini diinisiasi oleh Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Republik Indonesia sejak 2016 lalu.
 
Menurut Gubernur Lemhannas, pihaknya mencari masukan tentang geopolitik Indonesia saat ini, untuk menentukan bagaimana kepentingan nasional Indonesia kedepan.
 
Hasil dari JGF II/2018, kata Agus, Lemhannas akan mencari makna bagaimana strategi Indonesia di masa depan. Sebab, sudah waktunya Lemhannas melakukan pemutakhiran materi dalam geopolitik dan bagaimana Indonesia memposisikan diri untuk kepentingan Indonesia 100 tahun ke depan.
  
Diharapkan forum strategis JGF II/2018 dapat dimanfaatkan bagi pembicara (speaker) maupun peserta untuk mendiskusikan isu geopolitik di tingkat dunia. 
 
"Geopolitik yang dimaknai sebagai ruang hidup menjadi isu sentral bagi seluruh negara di dunia. Bagaimana Indonesia memposisikan diri dalam geopolitik dunia," jelasnya.
   
Mantan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk AS, Dorodjatun Kuntjoro Jakti, menilai, penyelenggaraan Jakarta Gepolitical Forum sekaligus untuk memetakan krisis besar dunia yang saat ini mulai nampak.
 
Fokusnya bersumber dari krisis besar yang mulai nampak. Dunia tidak hanya menghadapi disorder. Global movement harus sudah bagus.  
 
"Lemhanas melihat potensi disarray (kekacauan)," kata Guru Besar Emeritus Universitas Indonesia (UI) itu.
 
Para pembicara akan mendiskusikan topik Ekonomi Politik & Keamanan dan Perdamaian Dunia (Political Economic & Global Peace and Security I).
 
Kemudian, para peserta JGF akan melanjutkan diskusi yang membahas topik yang sama, yakni Ekonomi Politik & Keamanan dan Perdamaian Dunia (Political Economic & Global Peace and Security).

Baca juga: Presiden buka Konferensi Internasional Keamanan Kesehatan Global
Baca juga: Indonesia pamerkan kontribusinya bagi perdamaian dunia di PBB
Baca juga: Menhan serukan perlu resolusi baru untuk keamanan global
Baca juga: Menlu RI-Jerman buka BDF chapter Berlin

 

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018