Jakarta (ANTARA News) – Orang yang mengonsumsi makanan organik kecil kemungkinannya terkena kanker dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi makanan organik, menurut sebuah penelitian besar dari Prancis. Namun, benarkah kuat hubungan di antara kedua hal tersebut?

Tim peneliti menguji kebiasan makan setidaknya 70.000 orang dewasa di Prancis, menggolongkan mereka berdasarkan prevalensi makanan organik dalam menu makan mereka. Termasuk di dalamnya tidak hanya buah dan sayur, tapi juga minyak, daging, ikan, makanan siap saji, telur, biji-bijian, polong-polongan, suplemen makanan, dan produk lainnya. Tindak lanjutnya terjadi sekitar empat hingga lima tahun kemudian. 

Secara keseluruhan, kemungkinan berkembangnya kanker adalah 25 persen lebih rendah di antara mereka yang mengonsumsi lebih banyak makanan organik. Ketika menguji risiko jenis kanker tertentu, kemungkinan berkembangnya Limfoma non Hodgkin dan kanker payudara paskamenopause lebih rendah, masing-masing sebesar 73 persen dan 21 persen, menurut laporan medical daily, yang dikutip Kamis. 

Para penulis penelitian mengusulkan bahwa pengurangan paparan residu pestisida dapat berperan dalam menghubungkan makanan organik dengan menurunkan risiko kanker. 

“Meskipun temuan kami perlu dikonfirmasi, mendorong konsumsi makanan organik kepada penduduk secara umum dapat menjadi strategi pencegahan yang menjanjikan untuk melawan kanker,” sebut mereka dalam kesimpulannya. 

Kendati begitu, temuan itu masih awal. Artinya, belum terbukti bahwa produk organik memiliki dampak terhadap mengurangi risiko kanker. Sebab, ada gaya hidup yang menekan terjadinya risiko kanker, seperti berolahraga, tidak merokok, mengurangi makanan cepat saji, dan sebagainya. Atau gaya hidup yang direkomendasikan oleh American Cancer Society.  

Lagi pula, makanan organik itu harganya lebih mahal sehingga biasanya hanya mereka yang berpendapatan tinggi yang sanggup membelinya dan juga berpendidikan tinggi. 

Dalam penelitian terbaru lainnya dari Eropa mengamati hubungan yang kuat antara mengonsumsi makanan cepat saji dan risiko berkembangnya kanker. Jadi, kemungkinan risiko dari paparan dapat dikalahkan dengan manfaat dari konsumsi buah-buahan dan sayuran dalam menu makan Anda. 

"Temuan ini seharusnya tidak mencegah orang dari makan buah dan sayuran, apa pun sistem pertanian (organik atau tidak), karena mereka adalah faktor pelindung yang penting terhadap risiko kanker," kata Julia Baudry, seorang ahli epidemiologi di Institut Nasional de la Sante et de la Recherche Medicale di Prancis yang memimpin penelitian.

Baca juga: Penelitian: Melepas ketergantungan makanan cepat saji sulit

Baca juga: Jerman selidiki dugaan penipuan soal telur organik

Baca juga: Cegah kanker sejak dini

Penerjemah: Anggarini Paramita
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018