Manado, Sulawesi Utara (ANTARA News) - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman menilai penerapan pendekatan berbasis partisipasi masyarakat lebih efektif dalam merevitalisasi Sungai Citarum di Jawa Barat.
   
"Dengan melibatkan masyarakat, revitalisasi Citarum akan berkelanjutan. Pengalaman, pendekatan lewat kekuasaan tidak akan langgeng programnya," kata Deputi Bidang Koordinator Sumber Daya Manusia, Ilmu Pengetahuan-Teknologi dan Kebudayaan Maritim Safri Burhanudin dalam Acara Rembuk Nasional "Gerakan Indonesia Bersih" di Manado, Sabtu.
   
Dalam rangkaian Pekan Kerja Nyata (PKN) Revolusi Mental di Sulawesi Utara itu, dia mengatakan penerapan pendekatan berbasis kekuasaan biasanya tidak berlanjut ketika tampuk kekuasaan berganti.
   
Sungai yang mengalir di Jawa Barat dan sebagian Jakarta itu pernah menyandang predikat sebagai sungai nomor tiga paling tercemar di dunia menurut Green Cross Switzerland and Blacksmith Institute pada 2013. Padahal sudah banyak program pembersihan Sungai Citarum yang dijalankan sejak 1980-an.

Menurut Safri program-program pada masa lalu cenderung berupa instruksi untuk menjaga Citarum, tidak menggarap pengubahan perilaku dan budaya.

Karenanya, selain melakukan reboisasi di daerah aliran sungai, pemerintah sekarang berusaha menggandeng masyarakat lewat komunitas dan mahasiswa kuliah kerja nyata guna menumbuhkan budaya dan perilaku bersih guna menjaga salah satu sungai terpanjang Jawa Barat itu.

Safri mengatakan kalau setidaknya 10 persen dari 500 perguruan tinggi menurunkan mahasiswanya untuk melakukan kuliah kerja nyata di kawasan Citarum maka itu akan sangat berarti dalam upaya revitalisasi sungai tersebut.
   
"Setiap tahun kami ketemu mereka, apa yang bisa disumbangkan untuk membangun percepatan proses revitalisasi Citarum," kata dia.


Tak bisa instan
   
Safri mengatakan revitalisasi Sungai Citarum tidak bisa dilakukan secara instan karena tidak hanya menyangkut kebersihan saja, tetapi membutuhkan reboisasi di daerah aliran sungainya serta budaya bersih masyarakat sekitar untuk menopang kelestariannya.

Menurut dia Sungai Citarum harus dibersihkan sementara reboisasi dilakukan secara berlanjut di daerah alirannya.

Pembersihan Sungai Citarum, kata dia, setidaknya memerlukan waktu satu sampai dua tahun lebih sementara reboisasi membutuhkan waktu tiga tahun lebih dan mencakup penanaman tumbuhan porifera yang mampu menetralisir kandungan logam air sungai. 
   
Bersamaan dengan itu, ia megatakan, harus ada upaya untuk menghentikan industri membuang limbahnya ke sungai.

Kalau semua upaya itu konsisten dilakukan, lanjut dia, maka dalam waktu tujuh tahun Sungai Citarum bisa kembali sehat.

"Salah satu indikator air sungai layak konsumsi atau jadi air baku itu jika airnya sudah bening seperti biasa, ikan sudah bisa hidup di situ," kata dia.

Baca juga:
Tantangan besar revitalisasi Sungai Citarum
Jawa Barat siapkan strategi normalisasi Sungai Citarum

 

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018