Kami menamai beras ini NABU sebagai brand karena produk ini merupakan alternatif nasi berbahan dasar sagu sehingga nama nabu menjadi mudah diingat.
Malang (ANTARA News) - Beras analog ciptaan empat mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya (UB) Malang yang diberi nama "NABU", diharapkan mampu mengatasi kelaparan dan malnutrisi dengan kandungan gizinya lebih lengkap daripada beras biasa.

Menurut salah seorang anggota tim yang menciptakan beras analog NABU, Widya Nur Habiba di Malang, Senin, beras analog ciptaan mereka ini dapat dikonsumsi sebagai bahan pangan pokok pengganti beras pada umumnya, sehingga dapat mengurangi import beras.

"Selain itu, beras analog ini dapat mengatasi kelaparan dan malnutrisi seperti yang dialami oleh Suku Asmat di Papua beberapa waktu lalu," kata Widya.

Ia mengaku di bawah bimbingan dosen Dr Aji Sutrisno, keempat mahasiswa itu sengaja menciptakan beras analog yang dinamai NABU untuk mengatasi kelaparan dan malnutrisi karena kandungan gizinya yang lebih lengkap dari beras pada umumnya.

Selain itu, kata Widya, NABU ciptaan mereka juga memiliki kadar glikemik indeks yang rendah sehingga dapat mencegah penyakit diabetes.

"Kami menamai beras ini NABU sebagai brand karena produk ini merupakan alternatif nasi berbahan dasar sagu sehingga nama nabu menjadi mudah diingat, " paparnya.

Lebih lanjut, Widya menambahkan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan NABU merupakan bahan pangan lokal yang mudah ditemukan di Indonesia dan mudah tumbuh dalam kondisi ekstrim. Proses pembuatan NABU pun relatif mudah, yakni jagung, sagu dan umbi porang sebelumnya di buat tepung, di campurkan dengan berbagai perbandingan, selanjutnya di kukus, dibentuk dan dikeringkan hingga berbentuk bulir beras.

Berkat beras analog NOBU berbahan pangan lokal tersebut, keempat mahasiswa FTP UB Malang itu berhasil mengharumkan nama Indonesi. Keempat mahasiswa itu menorehkan prestasi sebagai yang terbaik pada ajang kompetisi ilmiah The International Union of Food Science and Technology (IUFoST) Product Development Competition 2018, yang berlangsung di CIDCO Exhibition Centre, Mumbai India 23-27 Oktober 2018. 

Tak hanya berhasil membawa pulang satu medali, keempat mahasiswa FTP UB di bawah bimbingan Dr Aji Sutrisno ini juga sukses meraup tiga dari total lima award yang diperebutkan, yaitu Best Oral Presentation, Best Commercial Content serta Best Overall Project.

Keempat mahasiswa FTP UB yang sukses mengharumkan nama bangsa ini terdiri dari Alfisah Nur Annisa A, Widya Nur Habiba, Annisa Aurora Kartika, dan Joko Tri Rubiyanto.

IUFoST Product Development Competition 2018 merupakan kompetisi ilmiah dua tahunan tingkat dunia di bidang pengembangan produk pangan. Ajang ini dimulai sejak 1962 dengan motto Food Science Fighting Hunger. Tahun 2018, tema yang diangkat adalah 25 Billion Meals a Day by 2025 with Healthy, Nutritious Safe and Diverse Food.

Widya dan kawan-kawan berhasil menyisihkan tiga ribu kontestan dari 74 negara dan maju sebagai finalis bersama lima tim lainnya dari Selandia Baru, China, Singapura, Colombia, dan India.

Ada lima award yang diperebutkan seluruh finalis, yaitu Best Oral Presentation, Best Commercial Content, dan Best Overall Project yang ketiganya dimenangkan oleh mahasiswa FTP UB sebagai perwakilan Indonesia, serta Best Scientific Content dan Best Display yang dimenangkan oleh perwakilan Selandia Baru.*



Baca juga: Mahasiswa Universitas Brawijaya ciptakan alat pendeteksi bencana

Baca juga: UGM patahkan dominasi Universitas Brawijaya di Pimnas 2018


 

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018