Jenazah No Post Mortem 0108 dari kantong jenazah DVI 00/Lion-Tj Priok/0010, teridentifikasi sesuai Antemortem 128, atas nama Jannatun Cintya Dewi, Perempuan, berusia 24 tahun, domisili di Sidoarjo."
Jakarta (ANTARA News) - Satu korban kecelakaan Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Kabupaten Karawang, Jawa Barat, berhasil teridentifikasi oleh tim Indonesia Automatic Finger Print Identification System atau Identifikasi TKP (Inafis), Rabu.

"Hari ini kita bisa mengidentifikasi satu korban dengan berdasarkan pengujian dari data post mortem primer yaitu sidik jari dan berdasarkan sidang rekonsiliasi," kata Kapusdokkes Mabes Polri, Brigjen Pol Arthur Tampi dalam konferensi pers di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Rabu.

Kepala Pusat Inafis Brigjen Pol Hudi Suryanto mengatakan korban yang teridentifikasi tersebut adalah mahasiswi bernama Jannatun Cintya Dewi kelahiran Sidoarjo 12 September 1994  yang beralamat di Dusun Prumpon Rt 001 Rw 001 Kecamatan Sukodono Jawa Timur yang merupakan anak ketiga dari Ibu Surtiyem dan Bambang Supriyadi. 

"Jenazah No Post Mortem 0108 dari kantong jenazah DVI 00/Lion-Tj Priok/0010, teridentifikasi sesuai Antemortem 128, atas nama Jannatun Cintya Dewi, Perempuan, berusia 24 tahun, domisili di Sidoarjo," kata Hudi.

Hudi menyebut identifikasi korban tersebut adalah hasil dari pemeriksaan 24 kantung jenazah hari pertama pada Senin (29/10) yang datang ke instalasi Forensik, Rumah Sakit Polri Raden Said Sukanto.

Identitas korban tersebut, kata Hudi, adalah dari bagian tubuh yang ditemukan yang tangan kanan dengan lima jari lengkap, kemudian menyambung bagian tubuh dada atas sampai perut menjadi satu bagian tidak terpisahkan.

Dari potongan tubuh korban tersebut, tim Inafis mencocokan sidik jari tangan kanan dengan sidik jari ijazah kiri yang memiliki kecocokan 12 atau lebih titik satu jari antara tangan kanan dan tangan kiri dipastikan identitas yang identik.

"Dari kelima jari tersebut jari telunjuk dan kelingkingnya keadaannya cukup baik, ini yang kami periksa. Lalu kami cocokan dengan data antemoetem sidik jari lengkap 10 jari dan data yang menyebut kebiasaan korban memakai cincin yang khas di jari tengah tangan kanan. Ini juga yang menjadi keyakinan kami," kata Hudi.

Keyakinan tersebut, ujar Hudi, karena tidak satupun dari minimal 100 juta orang di dunia yang memiliki sidik jari sama.

"Ini sudah teruji secara internasional sehingga kami meyakini identitas tersebut benar," ucap Hudi.

Data-data tersebut sendiri, selanjutnya disandingkan dengan data Kartu Keluarga, yang menyebutkan adalah anak ketiga dari pasangan Surtiyem dan Bambang Supriyadi.

Kabar terakhir, korban teridentifikasi tersebut sudah dikabarkan pada keluarganya di Sidoarjo dan akan diterbangkan kepada pihak keluarga dengan bantuan dari maskapai.

Sebelumnya, pesawat type B737-8 Max dengan Nomor Penerbangan JT 610 milik operator Lion Air yang terbang dari Bandar Udara Soekarno Hatta Banten menuju Bandar Udara Depati Amir di Pangkal Pinang dilaporkan telah hilang kontak pada 29 Oktober 2018 pada sekitar pukul 06.33 WIB.

Pesawat dengan nomor registrasi PK-LQP dilaporkan terakhir tertangkap radar pada koordinat 05 46.15 S - 107 07.16 E. Pesawat ini berangkat pada pukul 06.10 WIB dan sesuai jadwal akan tiba di Pangkal Pinang pada Pukul 07.10 WIB. Pesawat sempat meminta return to base sebelum akhirnya hilang dari radar.

Basarnas memastikan pesawat Lion Air JT 610 jatuh di perairan Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Korban dari pesawat nahas akan dievakuasi ke RS Polri.

Pesawat itu sendiri dikabarkan membawa 178 penumpang dewasa, satu penumpang anak-anak dan dua bayi dengan dua Pilot dan lima awak pesawat.

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018