Jakarta (ANTARA News) - Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama sepakat soal pentingnya menjaga kerekatan di antara elemen bangsa di tengah ancaman keretakan bangsa seiring dinamika saat ini, terutama di tahun politik.
   
"Di suasana tahun politik yang juga menjadi bagian dari bangsa ini, kita bangun ta'awun  (tolong menolong) dan kerja sama aktif lagi antara Muhammadiyah dan NU," kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir dalam jumpa pers di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Rabu.
   
Jumpa pers tersebut diikuti para pimpinan dari unsur Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan PP Muhammadiyah.
   
Menurut Haedar, kemitraan dua ormas dalam berbagai kehidupan berbangsa sangat strategis.
   
Muhammadiyah, kata dia, pada umumnya memiliki fasilitas pendidikan umum dan kesehatan. Sementara NU kuat di pondok pesantren.
   
Dari masing-masing kelebihan itu dapat saling bertukar pengalaman untuk membangun pendidikan, ekonomi, kesehatan serta kerja sama strategis lainnya.
   
Tidak kalah penting dari hal itu, kata dia, adalah Muhammadiyah dan NU memiliki pandangan yang sama tentang kebangsaan bahwa Indonesia memiliki Islam yang moderat.
   
"Itulah semangat kami bersilaturahim," kata Haedar merujuk pertemuan elit dua ormas Islam pada Rabu malam itu.
   
Sementara itu, Ketua Umum pbnu KH Said Aqil Siroj mengatakan Islam di Indonesia memiliki karakter ramah, toleran, dan pemaaf.
   
Sejak dulu, kata dia, Islam di Indonesia mampu menjaga persaudaraan meski berada dalam perbedaan.
   
"NU dan Muhammadiyah turut menjaga jati diri bangsa ini," kata dia.
   
Menurut Said Aqil, saat ini sebagian umat Islam di Indonesia menunjukkan adanya gejala kekerasan yang bertumbuh. 
   
Hal seperti itu, kata dia, harus terus ditekan dengan upaya dari kedua ormas Islam terbesar  di Indonesia.
   
"NU dan Muhammadiyah berkewajiban terpanggil mengawal ukhuwah Islamiyah, wathoniyah, insaniyah," katanya.

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Sigit Pinardi
Copyright © ANTARA 2018