Bukan karena tidak laku, tapi karena bungannya terlalu tinggi, jadi saya mengatakan tidak
Jakarta (ANTARA News) - Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan PT Pertamina (Persero) menunda penerbitan obligasi global karena tren imbal hasil atau bunga yang tinggi di tengah peningkatan volatilitas pasar keuangan global.

"Saya katakan ke Nicke (Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati), kamu kan tidak butuh uangnya sekarang. Ya sudah, kamu mundur saja dari pasar," katanya di Gedung Ditjen Pajak Kemenkeu, Jakarta, Rabu.

Rini menyebutkan sebelumnya Pertamina merencanakan penerbitan obligasi global setelah PT PLN (Persero).

Namun, karena kondisi pasar finansial global yang masih tidak menentu, Rini menyarankan Pertamina untuk lebih memilih pendanaan dengan menarik pinjaman dolar AS dari perbankan ketimbang obligasi.

Itupun, lanjutnya, jika Pertamina memang benar-benar membutuhkan dana saat ini untuk keberlangsungan operasionalnya.

"Jadi, bukan karena tidak laku, tapi karena bungannya terlalu tinggi, jadi saya mengatakan tidak. Pertamina sedang tidak butuh uangnya. Buat apa bayar mahal sesuatu yang tidak perlu, Pertamina bisa tarik sesuatu fasilitas yang masih ada di perbankan," kata Rini.

Pertamina berencana menerbitkan surat utang atau obligasi global berdenominasi dolar AS untuk membiayai sejumlah kebutuhan di antaranya investasi jangka panjang di sektor hulu, pembayaran utang jatuh tempo, dan juga rencana belanja modal lainnya.

Sebelumnya PLN baru saja menerbitkan obligasi global dalam dua mata uang yakni dolar AS dan euro senilai total 1,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp22,5 triliun.

Obligasi itu terdiri atas 500 juta dolar AS dengan tenor 10 tahun tiga bulan dan bunga 5,375 persen, 500 juta dolar AS dengan tenor 30 tahun tiga bulan dan bunga 6,25 persen, serta 500 juta euro dengan tenor tujuh tahun dan bunga 2,875 persen.

Baca juga: Pertamina "lifting" perdana 60.000 barel dari Blok East Kalimantan-Attaka
Baca juga: PLN terbitkan obligasi global 1,5 miliar dolar

 

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018