Jakarta (ANTARA News) - Mantan Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto membantah meminta proyek PLN dari direktur utama PT PLN Sofyan Basir.

"Saya tidak pernah minta, karena waktu itu saya jadi ketua DPR kan ada orang yang mengatakan ada proyek PLN yang batal, lalu saya konfirmasi saja," kata Setya Novanto (Setnov) dalam sidang di pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Kamis.

Setnov menjadi saksi untuk pemegang saham Blakgold Natural Resources Ltd Johanes Budisutrisno Kotjo yang didakwa memberikan hadiah atau janji kepada Wakil Ketua Komisi VII DPR dari fraksi Partai Golkar Eni Maulani Saragih dan Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum Partai Golkar (saat itu) Idrus Marham senilai Rp4,75 miliar terkait pengurusan proyek "Independent Power Producer (IPP) Pembangkit Listrik Tenaga Uap Mulut Tambang RIAU-1 (PLTU MT RIAU-1).

Dalam sidang pada 25 Oktober 2018 lalu, Sofyan bersaksi bahwa Setnov meminta proyek di Jawa tiga, namun ditolak karena PLN sendiri yang ingin mengerjakan proyek tersebut.

Di dakwaan disebutkan bahwa pertemuan itu terjadi di rumah Setnov pada sekitar 2016 yang juga dihadiri oleh Eni Maulani Saragih dan Direktur Pengadaan Strategis 2 PT PLN Supangkat Iwan Santoso.

"Saya pertanyakan satu proyek yang ramai di media dan ada yg menyampaikan ke saya dalam rapat-rapat bahwa ada beberapa daerah yang kebetulan proyek pembangunan (pembangkitnya) dibatalkan, di daerah Jawa begitu lalu saya pertanyakan loh kenapa berhenti Pak Sofyan? itu kan proyek strategis, lalu Pak Sofyan menjawab karena proyek ini bisa dikerjakan sendiri oleh PLN," ungkap Setnov.

Sebelumnya Setnov juga mengaku mendapat aduan bahwa proyek pembangunan pembangkit listrik pemerintah sebesar 35 ribu mega watt (MW) baru tercapai 11 ribu megawatt.

"Saya tanya ke Pak Sofyan di istana, saya tanya apa itu benar, Pak Sofyan mengatakan 'tidak benar Pak, kalau saya ketemu Pak Nov lagi saya jelaskan detilnya'. Lalu pas saya ada di rumah sudah bersama-sama dengan pak direktur dan bu Eni, dan mereka mengatakan tidak benar baru 11 ribu MW tapi sudah mencapai 27 ribu MW," jelas Setnov.

Setnov pun membantah menyuruh Eni dan Sofyan untuk menghadap kepadanya.

"Tidak saya tidak memangil, tapi mungkin hubungan komisi terkait, memang pejabat itu hampir rata-rata menjelaskan program kalau ke rumah dan soal PLTU Riau 1 tidak dijelaskan," tegas Setnov.

Meski membantah meminta proyek, tapi putra Setnov yaitu Rheza Hermindo yang menjabat sebagai Wakil Bendahara Umum Golkar pernah membahas proyek PLN bersama dengan Eni dan Kotjo.

"Anak saya ada proyek di Kupang, jadi saya sekalian kalau ketemu Pak Sofyan membicarakan masalah itu PLN di Kupang karena saya mendapat info bahwa Bu Eni mau ketemu Pak Kotjo jadi sekalian saja supaya anak saya belajar mengenai harga PLN di Kupang," kata Setnov.

Setnov bahkan mengaku Rheza magang di kantor Kotjo sebulan dua kali dan tidak digaji.

"Saya minta belajar betul-betul karena saya tertarik dengan Kojto sportivitasnya, jiwanya," ungkap Setnov.

Baca juga: Setnov disebut Sofyan Basir minta proyek PLN di Jawa

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018