Kediri (ANTARA News) - Perum Perhutani baru bisa merealisasikan sekitar 75 persen dari total pendapatan sebesar Rp2,41 triliun yang ditargetkan pada tahun 2007. "Sampai sekarang pendapatkan kami masih mencapai Rp1,8 triliun, tapi saya yakin pada bulan November nanti target total pendapatan kami bisa tercapai," kata Dirut Perum Perhutani Transtoto Handadhari di Kediri, Jawa Timur, Jumat. Menurut dia, sekitar 70 persen pemasukan Perum Perhutani berasal dari kayu jati dan pinus, sedangkan 30 persen sisanya dari non kayu, dengan total pendapatan terbesar secara berurutan disumbangkan Jabar, Jateng, dan Jatim. Dari total pendapatan itu, Perhutani menyetor laba bersih kepada negara sebesar Rp100 miliar. Namun jika dihitung secara keseluruhan termasuk pajak dan iuran lainnya yang dibayarkan Perhutani kepada negara bisa mencapai Rp500 sampai 600 miliar. "Itu pun belum termasuk program-program sosial dan lingkungan lainnya, seperti program Hutan Hijau yang kalau ditotal secara keseluruhan bisa mencapai satu triliun rupiah. Jadi banyak sekali andil kita kepada negara," katanya usai menerima sumbangan tanaman 1.000 hektar dari PT BAIK di kantor KPH Perum Perhutani Kediri. Namun demikian dia mengakui, pendapatan selama beberapa bulan terakhir mengalami penurunan, lantaran merosotnya harga kayu jati dan masih banyaknya persediaan kayu milik Perum Perhutani di beberapa gudang. Selain itu, program lelang kayu tegakan yang dicanangkan Menteri Kehutanan MS Kaban di Ngancar, Kabupaten Kediri pada akhir 2006 lalu, sampai saat ini tidak berjalan maksimal. Menurut Transtoto, program kayu tegakan kurang diminati para investor, meskipun dianggap efektif dalam memotong jalur birokrasi dan memperkecil terjadinya pungli di jalan-jalan. "Tapi sepertinya, biaya tebang dan ongkos transportasi yang dikeluarkan investor agak tinggi. Oleh sebab itu, kami akan mencoba melakukan evaluasi program lelang tegakan, agar bisa berjalan lebih maksimal lagi," katanya menambahkan. Sementara itu, untuk menambah pendapatan di sektor non kayu, Perum Perhutani telah mengembangkan produksi Air Mineral Dalam Kemasan (AMDK) di Gunung Puntang, Bandung, Jabar dengan nilai investasi Rp5,6 miliar. Pada awal pendiriannya tahun 2006 lalu, kapasitas produksi pabrik AMDK dengan merek dagang Aqva itu, telah mencapai delapan juta meter kubik. "Tahun ini kami targetkan 15 juta meter kubik dari potensi yang ada sebesar 25 sampai 90 juta meter kubik. Pendapatan dari produk AMDK ini masih mencapai dua persen dari total pendapatan kami," katanya mengungkapkan. Dalam kesempatan itu juga Transtoto menegaskan, bahwa Administratur Kesatuan Pemangkuan Hutan dilarang melakukan penjualan hasil produksi hutan yang saat ini sudah menjadi kewenangan utama general manager Perum Perhutani.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007