Saya surprise dengan antusiasme dan semangat nya, mereka dengan bangga serta gembira memakai baju adat minang yang elok, bersama-sama menyanyikan lagu-lagu minang. Mudah-mudahan silaturahim makin akrab dan tetap terjaga.
London (ANTARA News) - Lebih dari 100 warga Minang yang berasal dari berbagai negara di Eropa seperti Prancis, Swiss, Jerman, Belgia, Inggris, Norwegia dan Belanda mengadakan silaturahim dan berpromosi budaya dan kuliner di Alpeldoorn, Belanda, pada akhir pekan lalu.

Ketua panitia acara Gelar Gerakan Budaya Minang di Eropa, yang juga Ketua Gebu Minang se-Eropa Adriano Painan kepada Antara London, Senin, mengatakan acara pertemuan warga Minang se Eropa adalah dalam rangka silaturahim dan sekaligus promosi budaya dan kuliner Minang yang kaya akan cita rasa terutama rendang yang sangat populer di mancanegara.

"Intinya kami hanya ingin menjalin tali silaturahim diantara warga Minang yang ada di Eropa tanpa ada unsur politik sama sekali," ujar Andriano Painan, pendiri organisasi warga Minang se Eropa tahun 2011.

Acara yang diawali dengan pembacaan ayat suci Al Qur`an oleh Deni Endriani dari Paris, Prancis, dilanjutkan dengan penampilan kesenian berupa tari Pasambahan dan Tari Piring dan dilanjutkan dengan acara makan malam bersama dengan menu soto padang, nasi kapau lengkap dengan gulai nangka plus rendang dan ikan bilih cabe ijo dan petai serta rendang padang.



Berpakaian Minang

Acara yang bertemakan Taragak Basuo Minang se Eropa semakin semarak karena didalam gedung acara dipasang semacam pelaminan dan hampir seluruh undangan mengenakan busana Minang mulai dari baju kurung sampai pada baju pengantin Minang yang didinaso warna merah lengkap dengan sunting nya.

Perempuan Minang yang lama menetap di kota Alkmaar, Belanda, Efi Carelse bersuamikan pria Belanda Daniel mengakui acara bertajuk "Taragak Basuo Minang se Eropa," di Belanda akhirnya dapat terselenggara, dan ia senang mempunyai kesempatan berjumpa dan bersilaturahim dengan dunsanak atau kerabat di Eropa.

Ibu dua gadis remaja merasa senang akhirnya bisa jumpa dengan rekannya seperti Juli dari Jerman, Emy dari Swiss, Eni dari Belgia, Josni dari Norwegia, Jenny dari Belanda dan Deni dari Prancis.

"Terima kasih semua, Alhamdulillah senang sekali akhirnya kami bisa bersilaturahim, walaupun datang belakangan pulangnya duluan, tapi kami sangat menikmatinya," ujar Efi yang juga pernah menjadi tuan rumah pertemuan Minang se Eropa.

Sementara itu Zamry Aziz yang menetap di Paris selama 44 tahun dan pernah menjadi staf lokal KBRI, yang pada krisis moneter atau kirismon kena PHK, namun meskipun sudah pensiun masih tetap bekerja di perusahaan Total, Prancis mengaku baru pertama kali mengikuti acara pertemuan warga Minang se-Eropa.

"Meskipun sudah 44 tahun di Paris, saya baru pertama kali menghadiri acara Taragak basuo minang se Eropa. Saya senang dan kerinduan terhadap ranah Minang dapat sedikit terobati," ujar Zamry Aziz yang beristrikan perempuan Jawa Hanny Aziz.

Sementara Hanny sendiri berkomentar sebagai orang Jawa yang bersuamikan orang Minang, merasa senang dengan adanya Perkumpulan Minang se Eropa. Ia adalah dosen Komunikasi Universitas Indonesia.

Acara yang menjadi ajang silaturahim yang bisa mempersatukan dan mempererat persaudaraan.

"Saya surprise dengan antusiasme dan semangat nya, mereka dengan bangga serta gembira memakai baju adat minang yang elok, bersama-sama menyanyikan lagu-lagu minang. Mudah-mudahan silaturahim makin akrab dan tetap terjaga," ujar Hanny Aziz.

Sementara itu Sri Wahyuni Eggmann, yang menetap di Saint Gallen , Swiss nmenjadi salah satu pengerak acara Minang se Eropa mengaku ia merasa puas akhirnya acara bisa terlaksana dengan sukses, meskipun cape badan karena harus masak buat 100 orang.

"Tujuaan kita cuma basuo bagalak makan lamak, selain mengumpulkan dana untuk membantu saudara yang tertimpa kemalangan di Tanah Air," demikian Sri Wahyuni, wanita Jawa kelahiran Sumatera.*


Baca juga: Turnamen sepak bola Minangkabau Cup kembali digelar

Baca juga: Trafik Bandara Minangkabau diperkirakan naik 10 persen


 

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018