Setelah mendapatkan perawatan dari dokter hewan, elang tersebut dipelihara di kandang yang berukuran kecil, setelah itu baru dikandangkan di kandang yang besar yang bertujuan untuk melatih insting memburu elang
Gunung Kidul, Yogyakarta (ANTARA News) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta melepasliarkan dua ekor elang ular bido (Spilornis cheela) di Stasiun Flora Fauna, Taman Hutan Raya Bunder, Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin.

"Kami mendapatkan elang tersebut dari masyarakat, lalu diperiksa oleh dokter hewan apakah terkena penyakit, atau ada cacat fisik, yang dilepas jantan dan betina" kata Kepala Konservasi Wilayah 2 BKSDA Bantul dan Gunung Kidul, Kuncoro di Gunung Kidul, Senin.

Ia mengatakan sebelum dilepaskan ke alam liar elang telah dilatih terlebih dahulu selama dua tahun. Burung itu dilatih mencari makan sendiri, karena selama ini keduanya hidup di dalam kandang.

"Setelah mendapatkan perawatan dari dokter hewan, elang tersebut dipelihara di kandang yang berukuran kecil, setelah itu baru dikandangkan di kandang yang besar yang bertujuan untuk melatih insting memburu elang," katanya.

Menurut Kuncoro, saat ini yang ada di kandang BKSDA Bunder Gunung Kidul ada 18 ekor elang, dari berbagai macam jenis, seperti elang brontok, elang hitam, elang laut, elang alap jambul, dan sikep madu.
 

Ia mengimbau kepada masyarakat agar tidak memburu lagi burung-burung yang dilindungi, seperti burung elang yang dilepas kali ini. Pihakya terus melakukan sosialisasi agar perburuan hewan dilindungi dapat berkurang.

"Ini bukan satu dua kali program, di samping untuk kelestarian satwa, juga dapat berkembang biak sehingga dapat menghilang dari daftar dilindungi dan punah. Sangat dibutuhkan perkenalan anak di usia dini supaya mereka paham bahwa elang sudah dilindungi," katanya.

Sementara itu, Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan BKSDA Yogyakarta Andie Chandra Herwanto mengatakan populasi baru akan inventaris raptor di DIY fokusnya di Gunung Kidul dan Kulon Progo.

"Output dari kegiatan itu sekalian kami melihat habitat asli burung tersebut, lokasi mana yang paling pas untuk rilis burung elang," katanya.

Dia mengatakan elang pada Februari, tetapi elang tersebut hanya bertahan lima pekan di alam liar karena adanya perburuan.

"Pada gelang yang ada di kaki elang dapat dilacak, bangkai elang dibawa ke Rumah Sakit Hewan Suparwi ditemukan bekas luka tembakan di sayapnya sehingga elang tersebut tidak bisa terbang dan mengalami dehidrasi," katanya.

Baca juga: BKSDA Yogyakarta dorong masyarakat giatkan penangkaran

 

Pewarta: Sutarmi
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2018