Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertahanan Malaysia YB Tuan Haji Mohamad Bin Sabu tertarik dengan sejumlah produk industri pertahanan milik PT Pindad, diantaranya Medium Tank "Harimau", kendaraan taktis (Rantis) Komodo ukuran 4x4 dan Panser Anoa ukuran 6x6. 

"Mereka tertarik dengan tank medium, panser 4x4 dan 6x6 serta 'small' amunisi 556 mm. Alasannya karena kualitas, performance yang dinilai bagus. Menurut dia, kalau harganya kompetitif kan menjadi lebih baik," kata Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose mengungkapkan hal itu usai menerima kunjungan Menhan Malaysia saat "Indo Defence 2018 Expo & Forum" di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis. 

Selama ini Malaysia sudah menggunakan produksi Pindad seperti amunisi kaliber 55 mm dan senjata sub machine gun, SS2 dan pistol. 
 
"Kalau amunisi kan sudah berjalan, sekarangkan mau ke kendaraan tempur makanya kita kenalkan yang medium tank, Komodo 4x4 dan Anoa 6x6," ucapnya.

Menurut dia, medium tank yang dibuat atas kerja sama dengan perusahaan asal Turki, FNSS memiliki berbagai keunggulan seperti anti ranjau, punya ketahanan balistik sampai kaliber 30 mm, kemudian dilengkapi 360 derajat kamera, thermal kamera untuk melihat semuanya. Termasuk laser warning system. 

Baca juga: Menhan: Tank Medium cocok dengan geografis Indonesia

Baca juga: Jokowi berikan nama Medium Tank di "Indo Defence"

 
"Jadi dia (tank) akan tahu kalau terdeteksi dan bisa mengeluarkan granat asap untuk mengaburkan posisi, baru dia menembak," ucapnya.
 
Menurut dia, baru tiga negara yang memiliki medium tank. Ketiga negara tersebut Indonesia, Jepang dan Polandia. Pihaknya sudah menawarkan produk ini ke negara-negara luar termasuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. 
 
"Harganya sangat kompetitif ya sekitar USD6 juta. Mulai tahun depan, Pindad akan memproduksi 25-30 unit/tahun. Next bisa 50 unit," katanya.  
 
Sementara itu, Manajer Pengembangan Kendaraan Khusus PT Pindad, Windhu Paramarta, mengatakan tank Harimau ini adalah program kerja sama pemerintah Indonesia dengan Turki melalui Kementerian Pertahanan kedua negara. 
 
Dari kerja sama tersebut, kata dia, kedua negara membahas tentang beberapa hal yang dapat dikembangkan bersama dalam dunia pertahanan, diantaranya kendaraan tempur, roket, dan alat komunikasi.

"Kebetulan Pindad memegang program pengembangan untuk medium tank, sementara dari Turki menunjuk FNSS," kata Windhu.

Kementerian Pertahanan Turki menunjuk FNSS sebagai sebuah perusahaan yang berkompeten dalam menangani pembangunan tank tersebut. Berangkat dari hal tersebut, Pindad dan FNSS yang belum pernah membangun tank kombatan mulai membangun tank tersebut sesuai dengan spesifikasi teknis kebutuhan TNI dari Indonesia. Pindad pernah membangun tank Anoa, sementara FNSS pernah membangun "infanteri fighting falcon".

"Jadi mereka benar-benar membantu untuk sama-sama mengembangkan kendaraan tank ini,” ujar Windhu.

Pada tahun 2015, mulai berlangsung tahap desain, kemudian 2016 tahap engineering secara detail dengan memantapkan beberapa produksi, tahun 2017 sudah keluar tanknya, sehingga benar-benar 1,5 tahun dirancang dari nol bagaimana spesifikasinya bersama TNI dan dapat digunakan di HUT TNI Ke-72 di Cilegon, Banten pada 2017 lalu. 

Pada Oktober 2018, tank sudah diuji coba dan mendapat sertifikat layak dari TNI Angkatan Darat dan Kementerian Pertahanan RI.

Hal yang membedakan tank ini dengan tank-tank lainnya, tambah Windhu, adalah tank harimau ini benar-benar di rancang untuk tank kombatan, bukan dikembangkan dari platform tank sebelumnya. 

"Artinya memang nantinya akan digunakan untuk pakem pertempuran yang akan digunakan oleh pengguna untuk melawan tank yang sejenis dengan mengikuti teknologi masa kini," ucapnya.

Baca juga: Pindad tingkatkan kandungan lokal produk alat berat

Baca juga: Pindad pamerkan Panser Anoa di IBD Expo 2018

 

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2018