Singapura, (Antara News) - Mantan petarung kejuaraan tarung bebas (MMA) di Amerika Serikat UFC, Demetrious Johnson mengakui pertandingan tarung bebas di Asia lebih mempunyai jiwa dibanding pertandingan di Amerika yang lebih menekankan pada aspek kontroversi.

"Model pertandingan di UFC sangat berbeda dengan One Championship. UFC memang selalu mencari bintang baru dan terus berusaha meningkatkan jumlah penonton dan pengiklan. Tapi, para penonton di sana lebih suka melihat kontroversi," kata petarung yang telah mempertahankan gelar sebanyak 11 kali pada kelas flyweight itu di sebelum pertandingan One Championship "Heart of Lion" di Singapura, Jumat.

Petarung yang berjulukan "The Mighty Mouse" itu mengatakan kejuaraan One Championship lebih menekankan pada aspek cerita tentang para petarungnya dan bagaimana perusahaan penyelenggara kejuaraan itu menciptakan jagoan dari setiap negara Asia.

Kontroversi dalam setiap pertarungan dalam UFC, lanjut DJ, sapaan petarung berusia 32 tahun itu, bahkan sengaja ditampilkan dan dimunculkan dari petarung-petarung yang tidak ingin memicu kontroversi.

"Semua pertandingan tarung bebas itu memang terkait dengan budaya masing-masing negara. Saya juga harus menghadapi kontroversi jika bertanding di Amerika Serikat. Itu berbeda dengan pertandingan di Asia ketika Aung La N Sang bertanding di Myanmar yang terasa sekali semangatnya," kata DJ.

Demetrious "hijrah" dari UFC bersama atlet lain UFC Eddie Alvarez pada akhir musim pertandingan 2018, terutama jelang laga di Singapura, Heart of The Lion.

"Saya belum pernah bertarung dengan atlet-atlet di Asia. Saya akan siap bertarung dengan terlebih dahulu menurunkan berat badan saya," kata atlet yang berlatih di Seattle, AS.

Petarung yang mengantongi 27 kemenangan dan tiga kekalahan selama di UFC itu mengatakan One Championship berada di belakang semua atlet mereka untuk mendorong cerita perjuangannya.

Selain sebagai petarung, DJ juga akan menjadi duta bagi One Championship dalam bisnis baru mereka yaitu kejuaraan eSports.

"Saya merasa lebih sesuai dengan budaya bertarung di Asia. Saya juga sudah membahas dengan pimpinan perusahaan di sini tentang eSports seperti apa nama kompetisinya, bagaimana kompetisi itu berjalan, dan permainan apa yang dipertandingkan," kata Demetrious.

Baca juga: One Championship buka peluang "hijrah" petarung dari UFC
Baca juga: One Championship rambah bisnis eSports pada 2019
Baca juga: Petarung putri Indonesia berada dijalur juara dunia One

Pewarta: Imam Santoso
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2018