Kelemahan yang kerap ditemui terkait untuk menarik investasi perdagangan dari luar negeri antara lain adalah Indonesia dinilai lemah dalam hal pemasaran.
Jakarta (ANTARA News) - Berdasarkan dari perkiraan yang dikeluarkan lembaga Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD), pada saat ini terdapat hingga lebih dari 4.800 kawasan ekonomi khusus yang tersebar di berbagai belahan dunia.

Ribuan kawasan ekonomi khusus itu tentu saja saling bersaing dalam memperebutkan investor yang berani menanamkan sahamnya di tempat-tempat tersebut.

Menurut kajian UNCTAD, kawasan ekonomi khusus dapat disebut sebagai investasi dalam bidang infrastruktur dan jasa layanan industrial guna menarik dan memfasilitasi investasi asing, serta mengintegrasikan perusahaan lokal ke dalam rantai nilai global serta mempromosikan pertumbuhan perekonomian berorientasi ekspor.

Bagi banyak negara, kawasan itu juga memliki manfaat untuk melesatkan beragam sektor industri dan mempromosikan transfer teknologi kepada ekonomi lokal serta berkontribusi untuk memperbaiki kondisi investasi secara keseluruhan, serta meningkatkan kemudahan dalam prosedur administratif dalam berbisnis.

Namun, tidak selalu kawasan ekonomi khusus menimbulkan dampak positif, karena bisa saja ada biaya investasi dalam pembuatan infrastruktur dan perawatan kawasan ekonomi khusus yang ternyata melampaui manfaat yang diterima oleh negara tersebut.

Di Republik Indonesia, pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di berbagai daerah didorong untuk menjadi instrumen yang dapat melesatikan tingkat pertumbuhan perekonomian serta menjadi sarana pemerataan ekonomi antarwilayah.

Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kemenko Bidang Perekonomian, Wahyu Utomo dalam acara Diseminasi Fasilitas Perdagangan Luar Negeri di Jakarta, Selasa (23/10) menegaskan bahwa KEK harus menjadi instrumen pembangunan untuk mendorong pertumbuhan, pemerataan dan daya saing.

Menurut dia, kebijakan KEK bersifat sebagai terobosan terhadap suatu kawasan untuk memuat beragam aktivitas ekonomi tertentu yang selaras dengan tujuan perekonomian nasional.

Untuk itu, lanjutnya, KEK juga diharapkan dapat menjadi motor penggerak perekonomian di daerah serta dapat memberikan manfaat yang lebih berkesinambungan di dalam ekonomi.

Ia juga menginginkan sumber daya manusia (SDM) dapat dipersiapkan dan dikaji kembali agar kesinambungan yang positif tersebut bisa untuk terus dipertahankan.

Apalagi, sebelumnya Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan selain investasi, peningkatan nilai ekspor adalah salah satu kunci dari pertumbuhan ekonomi.

Untuk meningkatkan nilai ekspor, Mendag menuturkan bahwa pihaknya telah menjalankan beberapa langkah strategis, di antaranya, dengan memfokuskan kembali ekspor dari produk primer ke produk industri atau olahan dan kemudian diversifikasi produk ekspor.



Faktor bencana

Namun, terdapat pula hal yang mesti diawasi di dalam pembangunan KEK, terutama mengingat Indonesia juga berada di lokasi yang terkenal sebagai sebutan "Ring of Fire" atau Cincin Api mengingat banyaknya gunung berapi dan fenomena gempa di sini.

Karena itu, rencana zonasi yang diperuntukkan untuk 12 KEK yang sudah dan akan beroperasi di berbagai wilayah Indonesia perlu untuk dikaji terkait dengan sejumlah bencana alam yang terjadi di Nusantara.

Wahyu Utomo memaparkan bahwa KEK berperan penting ketika suatu daerah terjadi bencana, sehingga KEK juga harus jadi kekuatan spesial untuk dapat menggerakkan perekonomian di daerah tersebut.

Terkait dengan bencana gempa dan tsunami, Wahyu mengajak berbagai pihak memanjaatkan doa supaya masyarakat yang terkena bencana diberi kekuatan untuk mengangkat dan membangun kembali perekonomiannya di daerah-daerah tersebut.

Ia menyadari bahwa Indonesia berada di kawasan cincin api sehingga mudah kembali terkena bencana, serta hampir seluruh wilayah Nusantara memiliki tingkat risiko gempa yang cukup besar.

Untuk itu, ujar dia, KEK bisa menjadi peran penting dalam menyadarkan pembangunan yang sadar akan kebencanaan mengingat pula berbagai kawasan rentan terhadap bencana alam.

KEK, lanjutnya, perlu dikaji ulang untuk memastikan mengenai daya tahannya terhadap kondisi bencana, seperti beragam konstruksi yang dibangun di sana serta zonasi peruntukkannya.

Dengan demikian, maka KEK juga dapat menjadi lebih ramah terhadap alam dan memikirkan mitigasinya sehingga juga akan dapat meningkatkan ketahanan terhadap bencana alam ke depannya.

Pembicara lainnya, Sekretariat Dewan Nasional KEK Eno Suharto menyatakan bahwa dari 12 KEK yang ada, sebanyak empat KEK sudah beroperasi dan sudah dievaluasi pengoperasiannya.

Empat KEK yang sudah beroperasi adalah KEK Sei Mangkei, KEK Tanjung Lesung, KEK Palu, dan KEK Mandalika.

Sedangkan empat KEK yang dijadwalkan beroperasi pada 2018 ini adalah KEK Tanjung Api-api, KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan, KEK Bitung, dan KEK Morotai.

Sementara empat KEK lainnya diharapkan beroperasi pada tahun depan, yaitu KEK Tanjung Kelayang, KEK Arun Lhokseumawe, KEK Galang Batang, dan KEK Sorong.



Keunggulan KEK

Eno Suharto mengingatkan bahwa keunggulan investasi di KEK antara lain adalah sejumlah fasilitas fiskal yang terdiri antara lain dari tax holiday dan tax allowance, kemudahan PPN dan bea masuk.

Selain itu, fasilitas lainnya yang diberikan terkait keimigrasian, ketenagakerjaan dan perdagangan.

Sedangkan dari aspek pariwisata, Menteri Pariwisata Arief Yahya di Tanjung Kelayang, Belitung, Senin (29/10), berjanji akan mendukung memfasilitasi pendanaan bagi pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata mulai dari level terbawah.

Sebelumnya, pihaknya memantau masih kurang responsifnya investor swasta untuk menanamkan modalnya di sektor pariwisata. Namun, Arief menyadari pembiayaan bagi suatu investasi di sektor pariwisata khususnya memang tidak mudah dan tidak murah.

Ia mencontohkan beberapa hal yang didorong untuk dilakukan yakni memperluas akses para pelaku industri di bidang pariwisata pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pariwisata.

Salah satu faktor penting guna merayu investor asing untuk mau masuk ke dalam KEK adalah berbagai Pusat Promosi Perdagangan Indonesia (ITPC) yang berada di sejumlah negara di luar negeri.

Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kemenko Bidang Perekonomian Wahyu Utomo menginginkan atase perdagangan dan ITPC di luar negeri menjadi tombak pencari investor di luar negeri.

Menurut dia, kelemahan yang kerap ditemui terkait untuk menarik investasi perdagangan dari luar negeri antara lain adalah Indonesia dinilai lemah dalam hal pemasaran.

Sementara itu, Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag Oke Nurwan menuturkan defisit neraca perdagangan akibat derasnya laju impor, mendorong pemerintah mengambil sejumlah langkah strategis.

Beberapa langkah strategis itu adalah peningkatan daya saing ekspor seperti membuka pasar baru, kebijakan kemudahan dalam berusaha, serta pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di berbagai daerah.

Oke Nurman mengingatkan bahwa KEK dengan fasiltas kemudahannya seperti insentif fiskal dan nonfiskal diharapkan dapat meningkatkan daya saing nasional di pasar domestik dan internasional, sehingga mampu menghadapi dinamisme perdagangan secara global.*


Baca juga: Menperin perintahkan dirjen ajak investor ke Palu

Baca juga: Gorontalo akan tiru Kawasan Ekonomi Khusus Palu




 


 

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018