Jakarta (ANTARA News) - Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta,  Selasa pagi, melemah sebesar 37 poin menjadi Rp14.867 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.830 per dolar AS.

Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih di Jakarta, Selasa mengatakan pada pagi ini mata uang kuat Asia seperti dolar Hong Kong dan dolar Singapura bergerak melemah terhadap dolar AS, itu menjadi sentimen pelemahan rupiah.

"Sebagian besar mata uang di kawasan Asia termasuk rupiah melemah terhadap dolar AS," katanya.

Ia memproyeksikan rupiah akan bergerak menuju kisaran Rp14.850 hingga Rp14.950 per dolar AS, namun pergerakan rupiah tetap dalam penjagaan Bank Indonesia.

Ia menambahkan pelemahan rupiah kemungkinan juga karena respon negatif pelaku pasar uang terhadap neraca transaksi berjalan pada kuartal ketiga 2018 yang defisitnya naik menjadi 3,37 persen dari produk domestik bruto(PDB).

Bank Indonesia (BI) yang mulai melakukan lelang instrumen derifatif, yakni domestic non delivery forward (DNDF) diharapkan dapat menjaga fluktuasi mata uang domestik.

"Transaksi DNDF ini merupakan instrumen derivatif inovasi Bank Indonesia untuk melakukan pendalaman pasar valas domestik untuk meningkatkan likuiditas," katanya.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan data inflasi Amerika Serikat yang diproyeksikan menguat masih menjadi salah satu faktor yang mendorong dolar AS kembali menguat.

"Meningkatnya inflasi di AS maka peluang bagi the Fed untuk menaikan suku bunganya cukup terbuka," katanya.
 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2018