Jakarta (ANTARA News) - Platform iklan digital mobile Infomo hadir di Indonesia sebagai alternatif dari iklan media digital yang memiliki programmatic processes, untuk memungkinkan pengiklan menganalisa perilaku pelanggan.

Founder dan CEO Infomo, Ananda Rao, mengatakan bahwa saat ini iklan digital didominasi oleh media sosial, yang menurut dia menjadi alasan menurunnya pendapatan perusahaan telekomunikasi di Indonesia.

"Ketimbang disebut pengganggu, kami lebih memilih disebut alternatif. Saat ini tidak ada alternatif selain Google dan Facebook," ujar Ananda, dalam temu media di Jakarta, Selasa.

"Pendapatan telko turun karena ada Facebook dan lain-lain, bahwa ini kesempatan bagi pemerintah untuk mengarahkan aliran uang ke telko. Daripada pajak pergi ke tempat lain, lebih baik berada di Indonesia," sambung dia.

Saat ini, Infomo telah berkolaborasi dengan PT Telkom Indonesia karena, menurut Ananda, merupakan perusahaan telekomunikasi terbesar.

Selain itu, Telkom nerupakan salah satu BUMN, sehingga Ananda mengatakan bahwa Infomo dapat dijadikan saluran bagi pemerintah untuk menyampaikan konten kepada masyarakat.
 
Founder dan CEO Infomo, Ananda Rao, saat mempresentasikan Infomo dalam peluncuran Infomo di Jakarta, Selasa (13/11/2018). (ANTARA News/Arindra Meodia)


Operator jaringan seluler dengan basis data pelanggan yang masif dapat memanfaatkan ekosistem Infomo untuk menawarkan solusi pendistribusian iklan tidak hanya dengan programmatic process, tetapi menawarkan konsep "introduction economy."

Konsep ini mengusung ide di mana pelanggan secara suka rela "memberikan" data personal mereka termasuk menentukan topik maupun preferensi produk yang ditawarkan.

"Dengan kesediaannya terpapar iklan maupun berinteraksi dengan iklan yang relevan dengan mereka, konsumen akan mendapatkan imbalan finansial," kata Ananda.

Hal ini dikarenakan Infomo menyediakan ekosistem iklan mobile yang lebih simpel -- pengiklan, operator, pengguna seluler. Sistem kerja ini, menurut Ananda, dapat mengurangi biaya beriklan, meningkatkan transparansi, serta mengurangi terjadinya penipuan (fraud).

"Idenya adalah kami mengenakan biaya untuk pengiklan, dan kami membagikan dengan pengguna aplikasi yang menonton iklan," ujar Ananda.


Cara kerja

Tidak hanya, pelanggan mobile yang mendapat imbalan dan pengiklan yang dapat mencapai target konsumen yang lebih luas dan menyampaikan konten yang lebih hemat biaya, keuntungan juga didapat oleh mobile aplication publisher sebagai sumber pendapatan tambahan baru.

Saat ini Infomo juga telah menggandeng portal berita milik PT Metranet Indonesia, Uzone.id, dan perusahaan ride-hailing berbasis aplikasi, Anterin.

Infomo berupa Software Developing Kit (SDK) yang akan menempel pada aplikasi Uzone dan Anterin. Dalam aplikasi tersebut akan diselipkan sejumlah pertanyaan, seperti ketertarikan produk tertentu oleh pengguna.

Pengguna dapat mengatur pengiriman iklan yang didapatkan, mulai dari jenis produk, bentuk iklan (berupa banner atau video), hingga waktu dan frekuensi pengiriman iklan.

Adapun kemunculan iklan dipicu oleh panggilan telepon, SMS, notifikasi, lokasi maupun waktu, serta tidak membutuhkan koneksi internet.

Dalam presentasinya, Ananda menunjukkan iklan dapat muncul saat panggilan telepon ditutup atau saat menerima SMS, misalnya.

Pada layar ponsel akan muncul video atau banner iklan disertai opsi dengan ikon ponsel untuk menghubungi pengiklan atau ikon bola dunia untuk terhubung dengan website pengilan.

Sebelum hadir di Indonesia, Infomo, yang berbasis di Singapura, telah meluncurkan layanannya di India.

Baca juga: Adroady merevolusi iklan di mobil lewat teknologi programmatic

Baca juga: Google larang iklan mata uang kripto, Bitcoin anjlok lagi

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018