Jakarta (ANTARA News) - Indonesia memasuki musim hujan pada November ini, warga kota Jakarta yang langganan dilanda banjir dituntut untuk selalu berisiap siaga, tak terkecuali para petugas di pintu air Manggarai.

Kepala Satuan Pelaksana Unit Pelaksana Kebersihan (UPK) Badan Air Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Pusat Rohmat di Jakarta, Selasa, mengatakan para petugas di pintu air yang ada di aliran sungai Ciliwung tersebut harus terus memantau aliran air selama 24 jam.

"Kewajiban kami di sini, memantau arus air apa terhambat, ada peningkatan atau aktifitas airnya seperti apa kami harus bersiaga dan mengabarkan perkembangannya," kata Rohmat.

Pintu air Manggarai yang menjadi pintu air terakhir sebelum aliran sungai Ciliwung terpecah ke danau Istiqlal dan kanal barat, lanjut Rohmat seakan menjadi pusat kontrol terakhir aliran air sungai Ciliwung dari hulu ke hilir di Teluk Jakarta.

Sebagai tempat terakhir sebelum percabangan sungai Ciliwung, bukan hanya air dari kawasan hulu yang datang, namun juga berbagai macam sampah seperti batang pohon, plastik, styrofoam, kasur bahkan hingga kulkas turut terbawa derasnya debit air kala cuaca sedang hujan.

Akhirnya, Rohmat dan timnya harus rela kerja "lembur" untuk membersihkan sampah tersebut demi aliran air yang bisa lancar tidak terhambat sampah yang menggunung seperti ketika hujan mengguyur Jabodetabek Minggu malam yang membawa tumpukan sampah ratusan ton.

"Saya tidak mengerti bagaimana sampah-sampah itu bisa sampai ada di sungai. Jika sudah begitu, kami harus siaga di sini mengangkat sampah hingga air tidak terganggu oleh tumpukan sampah," kata Rohmat.
Proses pengangkutan sampah di Pintu Air Manggarai, Jakarta Pusat, Selasa (13/11/2018). Ratusan ton sampah Kali Ciliwung tiba di Pintu Air Manggarai usai hujan deras melanda Jabodetabek pada Minggu petang (11/11/2018). (istimewa)


Kendati demikian, Rohmat mengatakan hal tersebut menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi dia dan timnya, karena sedikit banyak membantu mengurangi resiko banjir di Jakarta walau banyak kendala yang dihadapinya.

Salah satu kendalanya adalah alat berat yang dimiliki oleh mereka memiliki lengan pengeduk yang panjangnya terbatas dan tidak bisa menjangkau ke bagian tengah sungai.

"Karenanya harus ada tenaga yang ke bawah menggunakan kabel sling untuk membantu pengerukan sampah oleh alat berat. Tapi bagusnya sih lebih panjang," ucap Rohmat yang sudah dua tahun menjadi kepala di Manggarai.

Hingga saat ini, sampah yang diangkut dari pintu air Manggarai sebanyak 77 truk berkapasitas masing-masing truk sekitar dua ton, dengan rincian 66 truk pada Senin (12/11) dan 11 truk pada Selasa hingga pukul 14:00 WIB. Petugas pun masih melakukan pekerjaan untuk mengangkut sampah tersebut.

Sampah-sampah tersebut sendiri, disebut Rohmat, kerap menjadi salah satu penyebab banjir karena air tidak leluasa mengalir. Namun dengan sudah banyaknya sampah yang diangkut, kini debit air di pintu air Manggarai terpantau di batas normal sekitar 600 sentimeter.

"Harapan saya, termasuk kita semua mungkin agar jangan ada lagi sampah di sungai dan Jakarta tidak banjir lagi," ucap Rohmat menambahkan.

Sampah-sampah tersebut sendiri dibawa ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Jalan Perintis Kemerdekaan dan selanjutnya dibawa oleh truk yang lebih besar ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang.

Baca juga: Ratusan ton sampah "nyangkut" di pintu Manggarai
Baca juga: 200 ton sampah diangkut dari Pintu Air Mangarai

 

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018