Oleh sebab itu, sebelum mengonsumsi ikan teri diharapkan masyarakat bisa mencuci terlebih dahulu karena rasa ikan teri berformalin dengan tidak berformalin hampir tidak ada perbedaannya.
Yogyakarta (ANTARA News) - Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Daerah Istimewa Yogyakarta menelusuri pemasok ikan teri yang mengandung formalin yang ditemukan beredar di pasar-pasar tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Saat ini kami masih memantau dulu siapa pemasoknya. Kalau sudah tertangkap harapannya ini (pasokan ikan teri berformalin) bisa dihentikan," kata Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) DIY Diah Tjahjonowati di Yogyakarta, Kamis.

Menurut Diah, ikan teri berformalin ditemukan tim dari BBPOM DIY di sejumlah pasar tradisional di lima kabupaten/kota saat instansi tersebut melakukan inspeksi mendadak selama 2018.

"Ikan teri mengandung formalin ini kadang-kadang sepekan tidak ada, kemudian muncul lagi tergantung pemasoknya," kata dia.

Untuk melakukan penelusuran mengenai mata rantai pasok ikan teri berformalin, BBPOM DIY akan berkoordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) DIY. ?

"Sebetulnya ini sudah lama. Secara spesifik kami masih belum bisa menyebutkan yang jelas ada penyalahgunaan formalin untuk ikan teri di pasar-pasar tradisional. Nanti kami akan berkoordinasi dulu dengan dinas kelautan," kata dia.

Ia menduga pasokan ikan teri berformalin berasal dari daerah lain di luar DIY.

"Kalau nelayan-nelayan kita itu kan mencari ikan di samudera, ya, di laut selatan. Ikan-ikan yang dihasilkan biasanya hanya jenis ikan-ikan besar seperti tongkol," kata dia.

Diah mengatakan penggunaan formalin pada ikan teri biasanya ditujukan agar teri yang dijual bisa lebih tahan lama. Masyarakat awam sulit membedakan antara teri berformalin dan tidak berformalin.

"Kalau pake ilmu awam susah, ya. Tetapi ikan asin yang diberi formalin biasanya tidak dihinggapi lalat sama sekali berbeda dengan ikan yang hanya diberi garam. Kalau formalin terkena sinar matahari dia akan menguap dan termasuk bisa untuk membunuh lalat," kata dia.

Menurut dia, mengonsumsi makanan berformalin akan berdampak dalam jangka panjang. Apabila dikonsumsi secara terus menerus akan bisa mengakibatkan gangguan pernafasan hingga kanker, tergantung kadar paparannya.

"Oleh sebab itu, sebelum mengonsumsi ikan teri diharapkan masyarakat bisa mencuci terlebih dahulu karena rasa ikan teri berformalin dengan tidak berformalin hampir tidak ada perbedaannya," kata dia.*


Baca juga: BBPOM Yogyakarta temukan ikan teri mengandung formalin

Baca juga: Artikel - Mengasa Pulau Pasaran sebagai "pulau ikan asin"


 

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018