Kami telah mempertemukan pembeli dan penjualnya
Jakarta (ANTARA News) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Utara membuka pasar baru komoditas pala ke pembeli asal Arab Saudi.

"Kami telah mempertemukan pembeli dan penjualnya. Untuk selanjutnya, memang diserahkan kepada pembeli dan penjual, namun tetap pemerintah siap memfasilitasinya," kata Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulut Darwin Muksin melalui keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu.

Darwin menjelaskan memang ada kendala harga yang lebih tinggi untuk komoditas pala dari Sulut dibandingkan daerah lain.

Namun, kualitas pala asal Sulut, khususnya dari Kabupaten Kepulauan Sitaro, sangat baik dan telah diakui oleh pasar dunia, khususnya Amerika dan Eropa.

Saat ini, pala asal Sulut paling banyak diekspor ke negara-negara bagian Eropa.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor golongan kopi, teh, dan rempah-rempah Sulut pada Januari-September 2018 mencapai 31,43 juta dolar AS atau turun 11,21 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar 35,4 juta dolar AS.

Secara nasional, mengutip data UN Comtrade, Indonesia lebih banyak mengekspor pala utuh (HS Code 090811) ketimbang produk turunannya berupa pala bubuk (HS Code 090812).

Pada 2016, total ekspor pala utuh ke dunia mencapai 9.715,7 ton dengan nilai sebesar 42,8 juta dolar AS.

Vietnam menjadi pasar terbesar dengan volume 5.498,6 ton senilai 13,52 juta dolar AS, disusul Belanda dengan volume 713 ton senilai 6,71 juta dolar AS.

Tujuan ekspor terbesar ketiga adalah Amerika Serikat, yakni 760 ton dengan nilai 5,31 juta dolar AS.

Darwin menjelaskan untuk pala yang sudah dihaluskan, pada tahun yang sama Indonesia mengekspor ke dunia sebesar 2.861,2 ton dengan nilai 22,57 juta dolar AS.

Untuk produk turunan pala ini, Amerika Serikat menjadi pasar utama dengan total ekspor ke negara tersebut mencapai 697,3 ton dengan nilai mencapai 5,98 juta dolar AS.

"Belanda dan Italia berada di urutan kedua dan ketiga, dengan nilai masing-masing 4,5 juta dolar AS sebanyak 528 ton dan 2 juta dolar AS sebesar 255,9 ton," paparnya.

Berdasarkan data Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian yang dimuat dalam Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Pala 2015-2017, Sulut merupakan salah satu sentra pala di Sulawesi.?

Produksinya, pada 2016 sebesar 4.321 ton, yang berasal dari dua sentra utama, yakni Kepulauan Sangihe sebesar 1.636 ton dan Talaud sebesar 1.456 ton.

Masih dari data yang sama, produksi pala Nusantara mencapai 34.408 ton pada 2016.

Sementara pada tahun sebelumnya, produksi pala sebesar 33.711 ton.

Maluku dan Papua menjadi sentra utama penghasil pala. Pada 2016, produksinya sebesar 12.558 ton, disusul Sumatera sebesar 10.065 ton, Sulawesi 5.626 ton dan Jawa 1.265 ton, sisanya dihasilkan oleh wilayah lainnya.

"Pemerintah akan terus mendukung semua pengekspor Sulut, berupaya mencari pasar baru untuk produk unggulan daerah tersebut," tambah Darwin.

Baca juga: Malut masuk daerah prioritas pengembangan pala nasional

 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018