Jakarta (ANTARA news) - Pemerhati pendidikan Robertus Budi Setiono mengatakan praktik "mindfullness" atau memusatkan perhatian dan menghayati apa yang dilakukan dapat menciptakan generasi yang tahan terhadap hoax atau kabar bohong.
    
"Praktik ini penting dalam mengajari anak bertanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan. Apa yang dilakukan mereka sepenuhnya dalam keadaan sadar. Jika ini terus dilatih maka bisa menciptakan generasi yang tahan terhadap hoax, yang tidak mudah menyebarkan berita bohong," ujar Budi yang juga Direktur Sekolah Global Sevilla, di Jakarta, Senin.
     
Dia menjelaskan praktik yang populer di Amerika Serikat dan Eropa itu, mampu menyeimbangkan kehidupan generasi milenial yang serba cepat tersebut.
     
Dengan praktik "mindfulness" yang diterapkan di sekolah, siswa dapat merasakan serta menghayati apa yang dilakukannya. Misalnya ketika sedang makan tidak diperbolehkan main ponsel pintar, sehingga anak bisa merasakan bagaimana rasanya nasi, belajar menghargai apa yang dimakan dan bersyukur.
   
"Praktik ini membuat kita berpikir terlebih dahulu, sebelum membagikan segala sesuatu. Tidak reaktif terhadap sesuatu," papar dia.

Budi menambahkan pihaknya sudah mempraktikkan "mindfullness" selama empat tahun di sekolahnya. Hasilnya siswanya memiliki sikap yang positif dan tidak mudah terpengaruh.
    
"Satu hal positif lagi, siswa kami tidak pernah stress menghadapi Ujian Nasional. Mereka sangat menikmati dan tidak punya beban," kata Budi lagi.
    
Indonesia, cepat atau lambat sudah harus mengadposinya. Apalagi tingkat stress anak-anak milenial saat ini makin bertambah.
   
"Kalau praktik mindfullness ini tidak diajarkan, maka sulit bagi generasi milenial untuk berprestasi," kata dia lagi.

Baca juga: Kemenag ajak generasi muda Buddha perangi hoax
Baca juga: Gara-gara hoax, 128 korban terlantar di Gambir


 

Pewarta: Indriani
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018