Doha, Qatar (ANTARA News) - Rabu, 21 November, akan tepat dimulai empat tahun perhitungan mundur menuju Piala Dunia di Qatar yang bisa menjadi salah satu instrumen meredakan ketegangan di kawasan dan turnamen pertama dengan 48 negara jika Presiden FIFA Gianni Infantino menyetujui.

Petinggi badan sepakbola duni itu telah mendesak pada beberapa pekan terakhir untuk memperbanyak jumlah negara yang turun di Piala Dunia 2022, dari 32 tim, seperti di Rusia, menjadi 48, walaupun rencana penambahan tim partisipan itu akan digolkan ketika Kanada, Meksiko dan Amerika Serikat menjadi tuan rumah bersama Piala Dunia 2026.

"Kami sedang mempertimbangkannya. Jika itu mungkin, kenapa tidak?" kata Infantino bulan lau. "Kami sedang membahasnya dengan rekan-rekan dari Qatar, kami sedang membahas juga dengan rekan-rekan lain di kawasan dan berharap ini bisa terwujud".

Sementara Qatar belum merespon wacana itu tapi akhir-akhir ini terdengar berhati-hati terhadap kapasitas negara itu untuk menjadi tuan rumah bagi tim yang melebihi 32 jumlahnya.

Panitia setempat sedang membangun hanya delapan stadion untuk turnamen selama sebulan itu, yang cukup kontroversial dengan menggelar pertandingan di akhir tahun di karenakan udara musim panas yang dahsyat di kawasannya.

Piala Dunia di Qatar akan dimulai pada 21 November hingga 18 Desember.

Jika terjadi penambahan jumlah perserta, itu berarti Qatar bisa saja berbagi dengan negara-negara tetangganya untuk menjadi tuan rumah tapi negara itu sedang mengalami blokade ekonomi dari empat negara tetangganya.

Pada pertengahan 2017, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik, perdagangan dan transportadi dengan Doha dengan menuduh Qatar mendukung tindakan terorisme dan Iran. Qatar pun membantah tuduhan itu.

Impor diblok

Boikot itu telah mengganggu rute perkapalan Qatar yang melalui teluk dan memblokir import melalui satu-satunya jalur darat yang dia miliki, yang melewati Arab Saudi. Rute itu dulunya digunakan untuk mengimpor pasokan makanan dan bahan bangunan.

Oleh karena itu Qatar harus merogoh koceknya dalam-dalam untuk mencari rekan dagang alternatif dan menjaga persiapan Piala Dunia tetap berjalan di jalurnya.

"Sangat mengecewakan jika berpikir ada orang di kawasan yang mungkin tidak menikmati Piala Dunia pertama di Timur Tengah," kata Hassan Al Thawadi, ketua panitia penyelenggara setempat. "Kami berharap masalah ini segera terselesaikan. Sepakbola adalah untuk masyarakat dan kami ingin turnamen ini mencapai semua orang di kawasan".

Sang Presiden FIFA pun menyambut baik jika ada negara tetangga di kawasan yang mau berbagi menggelar pertandingan bersama Qatar. Infantino mengatakan bahwa sepakbola memiliki kekuatan untuk memecah kebuntuan jika segala cara telah gagal.'

"Sepakbola menyatukan, membangun jembatan, yang bisa menjadi hasil konkret," kata Infantino.

Qatar adalah negara terkecil yang akan menjadi tuan rumah babak final Piala Dunia. Jarak antara dua stadion terjauh di negara itu hanya lah 72 kilometer.

Negara itu juga pusatnya kegiatan pembangunan. Qatar berjanji untuk menyelesaikan semua arena 24 bulan sebelum turnamen dimulai.

Satu stadion, Stadion Internasional Khalifa, telah selesai dibangun di Doha. Stadion itu akan dibuka kembali pada Mei tahun lalu setelah menjalani renovasi termasuk pemasangan sistem pendingin yang bisa membuat suhu di dalam arena turun hingga di suhu belasan derajat.

Qatar menyediakan dana 200 miliar Dolar AS untuk menggelar Piala Dunia walaupun Al Thawadi bilang jika hanya delapan hingga sepuluh miliar dari dana itu yang dipakai untuk membangun stadion.

Sisanya digunakan untuk membangun proyek infrastruktur seperti jaringan kereta, yang sudah sebagian selesai, yang akan menghubungkan setiap arena.

Stadion Al Bayt di Al Khor akan menjadi arena yang berada di wilayah paling utara. Stadion itu berkapasitas 60.000 penonton dan memiliki struktur atap menyerupai tenda raksasa.

Sementara sejumlah stadion lainnya berada di sekitar Doha. Oleh karena itu, Piala Dunia Qatar akan menjadi turnamen yang sangat berbeda dari Piala Dunia sebelumnya yang digelar di Rusia.


(Reuters/A059)

Pewarta: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018