Magelang (ANTARA News) - Sekolah Menengah Atas (SMA) Taruna Nusantara yang berada di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mengharapkan kembali mendapatkan kucuran dana dari pemerintah pusat, yakni dalam APBN agar para pendidik lebih fokus mendidik siswanya dengan baik. 
 
"Kami inginnya kembali seperti di masa lalu, dibiayai penuh APBN. Sehingga, kami bisa fokus mendidik siswa, yang berprestasi," kata Kepala Sekolah SMA Taruna Nusantara, Brigjen TNI (Purn) Soebagyo saat berdialog dengan rombongan wartawan yang mengikuti Press Tour dari Kementerian Pertahanan di Kompleks sekolah, di Magelang, Kamis.
 
SMA Taruna Nusantara merupakan sekolah unggulan yang menyiapkan kader-kader pemimpin bangsa di masa mendatang. Bahkan, cukup banyak anak jenderal dan pengusaha yang menyekolahkan anaknya di tempat tersebut.
 
Soebagyo menjelaskan saat ini status SMA TN adalah swasta. Namun masih tetap dibawah Kemhan karena Kemhan sebagai pembina. Dalam strukturnya, SMA ini kemudian dikelola oleh Yayasan Kesejahteraan Pendidikan dan Perumahan yang berada dibawah naungan Kemhan.
 
Soebagyo mengakui kondisi seperti sekarang ini membuat SMA TN tidak terkenal seperti pada waktu masih dibiayai APBN. Zaman masih dibiayai APBN, siswa dari seluruh Indonesia berlomba-lomba ingin masuk TN karena sekolah gratis. 
 
Saat ini, jumlah siswa memang masih banyak dan berasal dari seluruh daerah. Namun kepada siswa dikenakan biaya. Uang masuk atau uang pangkal mencapai Rp 40 juta. Sementara biaya per bulan mencapai Rp 4 juta.
 
"Biaya Rp 4 juta itu sudah termasuk semua. Biaya sekolah, sewa asrama, biaya makan, cuci, seterika, dan yang lain-lain. Dari situ juga digunakan untuk gaji guru dan pekerja sekolah," kata Soebagyo.
 
Oleh karena itu, pihaknya berharap agar pemerintah kembali membiayai sekolah TN agar para guru dan yayasan tidak pusing lagi mencari dana untuk membiayai pendidikan.
 
Taruna Nusantara adalah SMA semi militer yang dicetuskan oleh mantan Menteri Pertahanan dan Keamanan LB Moerdani pada tahun 1985. SMA ini resmi berdiri tahun 1990 oleh Panglima TNI saat itu yaitu Jenderal Try Soetrisno. Siswa dan Siswi pada sekolah ini berasal dari seluruh daerah dan tinggal di asrama seperti militer. 
 
Pada awal berdiri, sekolah ini berada dibawah Kementerian Pertahanan (Kemhan). Dia dibiayai penuh oleh negara melalui APBN.‎ Namun hadirnya UU ‎No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan semua lembaga pendidikan tidak ada yang menerima biaya penuh dari APBN, maka sejak saat itu, SMA Taruna Nusantara menjadi mandiri.
 
Soebagyo menambahkan lulusan SMA Tarnus sudah menyebar ke mana-mana. Sejak berdiri sampai sekarang, menghasilkan lulusan sebanyak 6.654 siswa diantaranya 1.279 orang yang sudah menjadi anggota TNI, sedangkan yang menjadi anggota Polri ada sekitar 700 orang. 
 
"Alumni sudah tersebar kemana-mana. Keluar negeri juga sangat banyak," ucapnya. 
 
Sementara alumni SMA TN yang meneruskan ke Perguruan Tinggi sebanyak 1.564 orang, yang menjadi dosen/guru 108, bekerja di swasta 1.619 orang, yang menjadi dokter sebanyak 408 orang, PNS 452 orang, di Perbankan 140 orang, BUMN 150 orang, migas 150 orang, interprenuer 200 orang, telekomunikasi 198 orang, pilot 60 orang, konsultan 40 orang, bidang arsitek 23 orang, pengusaha 200 orang, lawyer 15 orang, bidang keuangan 25 dan industri kreatif 23 orang.

 

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018