Jakarta (ANTARA News) -  Menjadi penduduk terpadat ke empat di dunia, tidak menjadikan Indonesia memiliki ketersediaan air bersih yang merata.

Meskipun tingkat pendapatan dan ekonomi di Indonesia meningkat sejak 20 tahun terakhir, isu ini menjadi penting karena menyangkut banyak pihak yang terlibat.

Namun dari 255juta penduduk, lebih dari 33,4 juta penduduknya masih kekurangan air bersih dan 99.7 juta kekurangan akses untuk fasilitas sanitasi yang baik.

Kendati demikian, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) capaian untuk air bersih yang baru mencapai angka 72.25 persen. Capaian ini masih belum mebcapai target Sustainable Development Goals (SDGs) yang mempunyai capaian hingga 100 persen pada 2030.

Indonesia menargetkan pencapaian ini pada awal 2019 sebagaimana amanat dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Untuk menjalanakan ini semua dibutuhkan kerja keras untuk mencapai target tersebut.

Untuk memperbaiki maslaah ini, salah satunya ialah dengan mengoptimalkan potensi perusahana air baik di pedesaan maupun perkotaan. Ini adalah upaya yang mendasari program water credit yang dikembangkan oleh water.org.

Country Manager Water.org mengatakan water credit merupakaan salah satu solusi sekeligus peluang bagi lembaga keuangan mikro untuk mengembangkan dan meluncurkan produk keuangan untuk air dan santai 

"Dengan water credit, program akses air bersih dan sanitasi dapat menjangkau dan memberdayakan lebih banyak orang. Skema kredit mikro dapat lebih menjamin keberlanjutan program akses air bersih dan sanitasi dibandingkan bantua langsung yang dapat terputus apabila donasinya dihentikan," katanya dalam acara Kopi Sore bersama Danone-Aqua di Wahid Hasyim, Menteng, Jakarta,
Kamis.

Water.org dan Danone-Aqua akan menargetkan dampak yang lebih besar melalui solusi keuangan yang berkelanjutan dengan memberdayakan kelompok Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (SPAMS) Pedesaan.

Water.org dan Danone-Aqua ingin menargetkan dampak yang lebih luas atas solusi keuangan yang berkelanjutan dengan banyak memberdayakan kelompok Sistem Penyediaan Air Minum Sanitasi (SPAMS) Pedesaan.

Salah satu desa yang mendapatkan kesempatan ini adalaah Desa Juwangi, Kecamatan Juwangi, Kabupaten Boyolali. Sebelum adanya program ini, masyarakat harus mengambil air bersih di mata air Jolotundo dengan jarak tempuh hingga 2 kilometer (km).

Desa Juwangi mendapatkan kucuran dana dari pemerintah pada 2012 yang lalu melalui porgram PAMSIMAS untuk membentuk KPSPAMS Jolotundo dan mengelola sistem penyediaan air minum untuk Desa Juwangi.

Pada Desember 2017 KPSPAMS Jolotundo mendapatkan pembiayaan dari Bank Boyolali sebesar Rp50 juta melalui program water credit.
Baca juga: Ratusan relawan bantu bersihkan areal Gelora Bung Karno
Baca juga: Pipa air bersih di Kembangan bocor
Baca juga: UMM salurkan air bersih di daerah kekeringan

Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018