Di tengah terpaan perang tarif dari kompetitor, Go-Jek masih lebih peka memperhatikan kekhawatiran mitra pengemudi dan masyarakat. Buktinya Go-Jek relatif lebih minim mendapat keluhan."
Jakarta (ANTARA News) – Pengamat menilai sistem pentarifan Go-Jek masih lebih peka terhadap kesejahteraan mitra pengemudi meski berpotensi terseret perang tarif yang dilakukan Grab. 

"Di tengah terpaan perang tarif dari kompetitor, Go-Jek masih lebih peka memperhatikan kekhawatiran mitra pengemudi dan masyarakat. Buktinya Go-Jek relatif lebih minim mendapat keluhan,” kata Pengamat Kebijakan Ekonomi Universitas Airlangga, Rumayya Batubara, dalam penjelasannya kepada media, di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, perang tarif dalam bisnis penyedia layanan transportasi daring berbasis aplikasi ini umumnya akan merugikan mitra pengemudi.

Jika kesejahteraan mitra pengemudi terabaikan, jaminan keamanan dan keselamatan pengguna ikut berpotensi terdampak. 

Baca juga: Kemenhub tegur keras Grab
Baca juga: Kemenkominfo siap tindaklanjuti evaluasi Kemenhub soal pelecehan di Grab


Oleh karena itu, Rumayya beranggapan sensitifitas terhadap kondisi di lapangan ini tak lepas dari aspek kelokalan yang Go-Jek miliki sebagai perusahaan dalam negeri, sehingga pendekatan kulturalnya lebih bagus. 

“Sedangkan Grab yang berasal dari luar, justru memang terlihat lebih berjarak dengan mitra-mitranya,” ujar dia.

Perbedaan mencolok bisa dilihat dari Grab yang menjalankan bisnis seperti tanpa kompromi terhadap mitra pengemudinya. Hubungan yang terjalin justru berjalan tidak seperti kemitraan, bahkan malah terkesan terlalu kaku dalam operasionalnya. 

“Termasuk soal teknis pembagian dan penarifan. Grab seperti kurang klik dengan para mitranya,” kata Rumayya.

Bagi Rumayya, kompetisi dalam ekonomi bukan hal tabu, karena bisa mendorong harga menjadi lebih ekonomis. Hanya, kompetisi bisa menjadi berbahaya jika pemainnya tinggal sedikit. 

"Nah, di bisnis transportasi daring ini pemain besarnya tinggal dua perusahaan," ujarnya.

Akibatnya, salah satu pemainnya berusaha menguasai pasar dengan cara banyak bakar uang demi memukul lawan. 

Akhirnya, tegasnya, perang tarif tak terelakkan, akibat salah satu pemainnya membanjiri pasar dengan banyak promo dan menerapkan tarif sangat rendah.

Baca juga: GO-JEK akan kaji ulang sistem "suspend" pengemudi
Baca juga: GO-JEK: penyesuaian tarif mengikuti dinamika pasar


 

Pewarta: Edy Sujatmiko
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018