Jakarta, (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian konsisten mendorong jalannya program hilirisasi sektor manufaktur di dalam negeri, di mana salah satu yang mendapat prioritas dalam pengembangannya adalah sektor berbasis sumber daya alam, seperti industri makanan dan minuman.

“Pemerintah masih fokus untuk memperkuat industrialisasi, karena dinilai penting memberi efek yang luas bagi perekonomian nasional,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto lewat keterangannya di Jakarta, Jumat.

Menurut Airlangga, program hilirisasi ini dilakukan melalui peningkatan pada nilai tambah bahan baku dan penyerapan tenaga kerja lokal, serta penerimaan devisa dari ekspor.

Menperin menyampaikan hal itu ketika mengunjungi PT Great Giant Pineapple di Lampung Tengah.

PT GGP merupakan perusahaan penghasil produk nanas dalam kaleng ketiga terbesar di dunia. Bahkan, menjadi terbesar di dunia dalam hal produksi yang terintegrasi dengan lahan pertanian nanas milik sendiri.

“Ini salah satu industri yang berbasis ekspor dan semua bahan bakunya dari lokal. Industri hortikultura ini harus terus didorong karena dapat meningkatkan nilai tambah tinggi dan menyerap tenaga kerja besar. Industri ini yang juga mempunyai daya saing kuat,” papar Menperin.

PT GGP saat ini memiliki kapasitas produksi nanas dalam kaleng sebesar 200.000 ton per tahun, dengan nilai investasi sudah mencapai Rp500 miliar dan menyerap tenaga kerja sebanyak 20.000 orang. 

PT GGP juga telah menerapkan manajemen zero waste production dan membentuk ekosistem rantai pasok yang terintegrasi dari hulu ke hilir di seluruh rantai nilai usahanya.

Produk yang dihasilkan PT GGP meliputi nanas dalam kaleng, jus serta konsentrat nanas yang telah dipasarkan ke lebih dari 60 negara tujuan ekspor. 

“Kami mendapat laporan, nilai ekspornya sudah menembus hingga 300 juta dolar AS per tahun,” imbuhnya.

Menperin juga memberikan apresiasi kepada PT GGP karena melakukan pengembangan lahan pertanian yang mencapai 33 ribu hektare untuk mendukung bahan baku yang digunakan di pabrik Terbanggi, Lampung Tengah.

“Sehingga bahan baku lokal dapat diolah menjadi produk bernilai tambah untuk pasar ekspor,” jelasnya.

Guna memacu daya saingnya, PT GGP telah mendapatkan fasilitas subkontrak kawasan berikat yang baru diberikan pertama kali oleh pemerintah. 

Diharapkan fasilitas ini mampu menekan faktor biaya produksi menjadi lebih efisien sehingga mendorong peningkatan hasil panen kelompok tani utamanya produk pisang segar di Kabupaten Tanggamus, Lampung Timur.

“Petani jadi subkontrak kami. Mereka bisa menikmati kualitas pupuk dari kami tanpa membayar biaya depot,” ujar Direktur Marketing PT GGP Yosep Lay.

Menurutnya, setiap hari, perusahaan panen nanas sebanyak 1800-2000 ton per hari. 

“Setiap hari harus ekspor sekitar 40 kontainer,” imbuhnya.

Lay menambahkan, ekspor buah segar PT GGP merambah negara-negara di Timur Tengah, Jepang, Korea Selatan, Singapura dan Malaysia dengan jumlah total sekitar 4.000 kontainer tiap tahunnya.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2018