Jakarta (ANTARA News) - Calon wakil presiden nomor urut 01, Ma'ruf Amin, menerima kunjungan ratusan kaum difabel di kediaman Rumah Situbondo, di Jakarta, Sabtu malam.

Dalam kesempatan itu, Ma'ruf menekankan, kaum difabel harus mendapatkan tempat yang sejajar dengan yang lain.

"Kaum difabel harus dihormati. Kaum difabel harus mendapat tempat sejajar," kata dia, dalam keterangan tertulis yang diterima dari tim pemenangan, di Jakarta, Sabtu.

Ma'ruf mengatakan, kaum difabel mendapatkan tempat yang spesial di mata Allah SWT. Menurutnya, kisah seorang difabel tertulis dalam kitab suci Al Quran, surat Abasa.

"Suatu ketika ada seorang difabel bernama Abdullah bin Ummi Maktum. Beliau datang menghadap rasul namun ditanggapi dengan muka masam oleh Nabi Muhammad yang kala itu tengah menggelar pertemuan dengan orang-orang penting. Nabi Muhammad kemudian langsung ditegur Allah," ujar dia.

Berdasarkan kisah itu, dia menekankan bahwa kaum difabel harus dihormati dan mendapatkan tempat yang setara.

Pada kesempatan itu, dia juga sempat mengklarifikasi pernyataannya terkait ungkapan "budek" dan "buta" bagi mereka yang tidak bisa melihat prestasi pemerintahan Jokowi. Pernyatan itu sempat menimbulkan kontroversi beberapa waktu lalu.

Dia menegaskan, dia tak bermaksud menyinggung para difabel.  

"Yang saya maksud dengan budek dan buta itu bukan fisik. Melainkan batinnya. Mana mungkin saya merendahkan kaum difabel karena salah satu cucu saya sendiri memiliki fisik yang kurang sempurna," ujar dia.

Sementara itu para kaum difabel menyatakan memahami pernyataan dia itu.  Mereka menilai kontroversi itu muncul hanya karena salah paham.

Para kaum difabel pun menitipkan harapan kepada dia jika menang dalam Pemilu 20219.

"Kami menaruh harapan pada KH Ma'ruf Amin untuk bisa memperjuangkan posisi kaum difabel.  Kami ingin keadaan kami dihormati dan disejajarkan dengan manusia lainnya," ujar perwakilan kaum difabel yang hadir, Suhendar.

Pilpres 2019 diikuti dua pasangan calon, pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin, dan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
 

Pewarta: Rangga Jingga
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018