Sudah sebulan ini kita kaji terus sehingga seminggu kemarin kita memutuskan untuk karet yang harganya jatuh jadi Rp6.000 (per kg), saya sudah perintahkan untuk Menteri PU, Pak Dirjen, petani karet di tempat lain, saya sampaikan bahwa kementerian PU a
Palembang, (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo berjanji pemerintah akan membeli karet dari petani untuk bahan baku campuran aspal dalam proyek infrastruktur pasca-anjloknya harga karet di pasar dunia.

"Sudah sebulan ini kita kaji terus sehingga seminggu kemarin kita memutuskan untuk karet yang harganya jatuh jadi Rp6.000 (per kg), saya sudah perintahkan untuk Menteri PU, Pak Dirjen, petani karet di tempat lain, saya sampaikan bahwa kementerian PU akan beli langsung dari koperasi atau petani," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara penyerahan SK Perhutanan Sosial di Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang, Minggu.

Presiden menambahkan, Kementerian PUPR akan membeli dengan harga lebih tinggi dari pasaran berkisar Rp7.500-Rp8.000 per kg.

Kepala Negara menerima curahan hati seorang petani karet di Palembang, Bambang Wahyudi (69) asal OKU, yang mewakili rekan-rekannya sesama petani perihal harga karet yang jatuh.

"Kalau di tempat saya itu harganya cuma Rp6.000 Pak, ya tolong dinaikkan Pak," kata Bambang yang disambut tepuk tangan rekan-rekannya sesama petani.

Merespons hal itu, Presiden Jokowi pun kemudian menjelaskan bahwa komoditas karet dan juga sawit merupakan komoditas global yang harganya ditentukan pasar internasional dimana saat ini semuanya turun.

"Turun semuanya. Tidak hanya Indonesia yang kena masalah ini. Semua negara penghasil sawit Indonesia Thailand kena semua. Karet juga sama belakangan harganya turun. Itu komoditas global internasional. Harga kita enggak mungkin bisa ikut campur," katanya.

Namun, tak lama lagi, khususnya di Sumsel, Presiden memastikan Kementerian PUPR akan membeli karet-karet tersebut dari petani dengan harga lebih kompetitif.

"Kalau ada peluang lagi harga bisa lebih dari itu saya akan sampaikan. Ini disyukuri dulu," katanya. 
 

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2018