Pekanbaru, Riau (ANTARA News) - Insiden kapal yang berisikan wartawan terbalik dihantam Ombak Bono di Semenanjung Kampar Kabupaten Pelalawan, Riau, pada 24 November, kuat dugaan terjadi akibat kelalaian kapten kapal itu.

Salah satu korban, Erfan Setiawan, di Pekanbaru, Senin, mengatakan kapten kapal melakukan manuver janggal yang membuat kapal miring sebelum akhirnya terbalik karena dihantam ombak Bono. Padahal, pada awalnya kapal tersebut berjarak cukup jauh dari ombak tersebut.

"Posisi kapal kami sebenarnya cukup jauh. Kapten kemudian memacu kapal melewati ombak (Bono) pertama tapi lalu membanting kemudi secara tiba-tiba. Kapal jadinya miring dan datang ombak kedua menghantam sampai terbalik kapalnya," kata dia, yang merupakan wartawan ANTARA TV.

Kapal cepat yang terbuat dari kayu berisi wartawan terbalik pada Sabtu (24/11) lalu, saat meliput acara Bono Surfing sebuah aksi atlet mancanegara berselancar Ombak Bono di Sungai Kampar, yang dijuluki Seven Ghost. Tidak ada korban jiwa dalam insiden itu.

Baca juga: Kapal berisi wartawan terbalik dihantam ombak Bono Riau

Ia mengatakan, saat kejadian duduk di bagian belakang kapal sehingga ketika badan kapal sudah miring, dia memutuskan melompat ke sungai karena khawatir terjebak di dalam kapal ketika terbalik. Ia mengaku tidak tahu nama kapten kapal, hanya bisa mengingat kapal itu disediakan panitia setempat untuk acara Bono Surfing pada hari itu.

Setiawan mengatakan, sempat cukup lama berada di Sungai Kampar ketika berusaha berenang menuju kapal yang terbalik. Ia mengaku kondisi sangat mengerikan karena air sangat keruh bercampur lumpur dan pasir sehingga sulit melihat. Ketika berusaha muncul ke permukaan, lima ombak menghantam lagi sehingga posisinya makin jauh dari kapal.

Ia mengaku sangat beruntung karena mengenakan jaket pelampung, dan seorang peselancar dari Kanada menyelamatkannya dari gulungan gelombang.

Ia mengaku tidak luka, hanya shock akibat kejadian itu. Semua peralatan kameranya, dan handphone masih bisa diselamatkan namun belum bisa dipastikan apakah masih bisa berfungsi karena terendam air cukup lama.

"Saya belum berani menyalakan kamera dan handphone. Saya mau benar-benar keringkan dulu, jadi belum tahu bisa menyala atau tidak," katanya.

Baca juga: Kemenhub targetkan sertifikasi pelaut-kapal kurang tujuh GT rampung 2019

Ia mengatakan ada wartawan lainnya, yakni fotografer Riauimages, Afrianto, Silalahi yang kondisinya lebih parah, karena kamera dan dompetnya hilang. "Kamera mirrorless Fujifilm, dompet, surat-surat berharga dan sejumlah uangnya juga hilang," kata Erfan.

Sebelumnya, Kepala Bidang Tujuan Dinas Pariwisata Riau, Raja Saputra, mengatakan, kapal yang ditumpangi korban adalah perahu cepat terbuat dari kayu yang disediakan panitia setempat.
 

Pewarta: Febrianto Anggoro
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018