Kita semua ingin bangsa ini hijrah, hijrah dari yang konsumtif ke yang produktif, kita ingin hijrah menuju bangsa yang produktif, efisien, dan kompetitif
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa selama empat tahun pemerintah sudah membangun fondasi ekonomi agar Indonesia menjadi bangsa yang produktif.

"Selama 4 tahun kita sudah bekerja keras membangun fondasi-fondasi baru. Kita semua ingin bangsa ini hijrah, hijrah dari yang konsumtif ke yang produktif, kita ingin hijrah menuju bangsa yang produktif, efisien, dan kompetitif," kata Presiden saat menghadiri perayaan ulang tahun ke-18 Metro TV di Studio Grand Metro TV Kedoya, Kebon Jeruk Jakarta Barat,  Senin.

Menurut Presiden, pada 2014 saat awal memerintah, harga-harga komoditas dalam kondisi anjlok.

"Empat tahun yang lalu, di bulan-bulan awal di pemerintahan kami, kita ingat harga-harga komoditas anjlok, turun, baik itu batu bara, sawit, karet, semuanya turun karena memang ekonomi dunia yang juga dalam posisi menurut. Masa booming minerba sudah selesai, oleh sebab itu tidak ada pilihan lain bagi ekonomi Indonesia untuk harus berubah, kita harus memperbaiki fondasi-fondasi ekonomi yang kita miliki," ujarnya.

Tanpa perbaikan fondasi ekonomi tersebut, Presiden meyakini sangat berat bagi Indonesia untuk bersaing dengan negara-negara lain.

"Memang kadang-kadang apa yang kita hasilkan tidak instan, tidak bisa langsung kita nikmati, itulah pil, kadang-kadang pahit, sakit, tapi harus minum itu agar kita bisa jadi bangsa yang sehat produktif, kompetitif dan efisien," ungkap Presiden. Dalam empat tahun tersebut, lanjut Presiden, pemerintah memperbaiki struktur fiskal.

"Kembali lagi tadi dari yang konsumtif jadi produktif, subsidi BBM yang persentasenya 82 persen justru dinikmati kalangan masyarakat atas. Ini yang 2014 kita pangkas, untuk kegiatan produktif, untuk membangun jalan, membangun airport, membangun jalan-jalan tol. Dari sini kita mulai untuk membangun pembangkit tenaga listrik," jelas Presiden.

Pengerjaan fondasi ekonomi itu pun menurut Presiden bukan "Jawa Sentris" melainkan "Indonesia Sentris".

"Orientasi kita memang tidak Jawa sentris, tidak hanya di pulau Jawa tapi Indonesia Sentris, inilah perubahannya. Kalau saya orang politik, yang bener dibangun di Jawa karena penduduk padat, 60 persen, return ekonomi di Jawa dan return politik juga bisa 60 persen di Jawa tapi risiko itu sudah dihitung dan kita memilih yang Indonesia sentris," tegas Presiden.

Tujuannya adalah karena pemerintah ingin membangun Indonesia yang memiliki keadilan sosial dan memunculkan sentra-sentra ekonomi baru di luar Jawa.

"Kita sudah memangkas regulasi berbelit-belit, tapi sampai saat ini belum cukup. Saya beri contoh, izin untuk membangun pembangkit tenaga listrik, saya ingat betul, ada 258 izin yang harus ditempuh untuk membangun itu, berapa tahun mengurus izin sebanyak itu? Kita pangkas jadi 58, tapi saya bilang belum cukup, terlalu banyak izin seperti itu, tapi ini perlu proses tidak bisa instan, perlu proses untuk mulai kompetitif, efisien," jelas Presiden.

Baca juga: Presiden Jokowi: Pembangunan SDM jadi fondasi ekonomi

 

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018