Biopsi itu jadi momok akhirnya orang takut untuk biopsi. Padahal biopsi itu bukan penyebab terjadinya metastasis.
Jakarta (ANTARA News) - Dokter spesialis paru dari RSPAD Gatot Soebroto, Brigjen TNI dr. Alex Ginting S, Sp.P(K) meminta masyarakat agar tidak khawatir akan efek samping dari tindakan biopsi yang bertujuan untuk mendiagnosa kanker.

Menurut dia, ada ketakutan di masyarakat yang memiliki persepsi bahwa tindakan biopsi dianggap bisa membuat sel kanker menyebar dan semakin ganas. Padahal, kata dr. Alex, biopsi bukan merupakan penyebab terjadinya metastasis atau penyebaran kanker dari suatu organ tubuh ke organ tubuh lain.

"Biopsi itu jadi momok akhirnya orang takut untuk biopsi. Padahal biopsi itu bukan penyebab terjadinya metastasis. Metastasis itu terjadi secara alami karena mutasi genetik," katanya dalam konferensi pers bertajuk Bulan Peduli Kanker Paru, di Jakarta, Rabu.

Biopsi adalah pengambilan jaringan tubuh yang terkena penyakit untuk tujuan pemeriksaan laboratorium. Biopsi dapat menentukan jenis tumor agar dapat diketahui bersifat jinak atau ganas.

"Biopsi itu hanya untuk mengambil sampel yang sangat kecil untuk mengetahui apa jenisnya (kanker), bagaimana selnya dan molekulernya sehingga dapat ditentukan terapi pengobatannya," katanya.

Ia menjelaskan bahwa tantangan klinis di dalam penanganan kanker paru di Indonesia adalah dalam melakukan diagnosis dan pengobatannya.

"Saat ini pengobatan standar yang mendasar untuk kanker paru merupakan combined modality yang meliputi pembedahan atau surgery, kemoterapi, radiasi dan unsur lainnya, yaitu terapi target, immunoterapi dan cryosurgery," katanya.

Menurut dia, akses pasien terhadap diagnosa dan pengobatan yang cocok untuk kanker paru sesuai jenis yang dideritanya merupakan kunci sukses untuk penanganan kanker paru yang efektif.

"Misalnya Anti ALK generasi kedua seperti Alectinib, yang telah teruji secara klinis menekan pemburukan penyakit lebih dari 34 bulan dibandingkan pengobatan standar Anti ALK generasi pertama yang hanya menekan pemburukan penyakit selama 10,9 bulan. Selain itu imunoterapi Anti PDL-1 juga dapat memperpanjang harapan hidup pada kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil lini kedua, dua kali lipat dibandingkan kemoterapi standar saat ini," katanya.

Kanker paru adalah semua penyakit keganasan pada jaringan paru-paru. Keganasan tersebut dapat berasal dari paru-paru itu sendiri maupun akibat metastasis dari organ tubuh lain.

Orang yang menderita kanker paru tahap awal, tidak menampakkan gejala apapun. Gejala hanya akan muncul ketika perkembangan kanker telah mencapai suatu tahap tertentu. Gejala tersebut meliputi batuk yang berkelanjutan hingga akhirnya mengalami batuk darah, mengalami sesak nafas dan nyeri di dada, kelelahan tanpa sebab yang jelas, pembengkakan pada muka atau leher dan sakit kepala.

Baca juga: Rokok jadi faktor risiko pertama kanker paru

Baca juga: Waspada kanker paru jika alami batuk hingga sakit kepala

 

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018