Banjir besar seperti itu terakhir kali terjadi lebih dari lima tahun lalu, namun dengan cepat surut, sehingga saat hujan lebat turun lagi tidak terlalu mengkhawatirkan, tapi saat ini justru tidak
Oleh Gembong Ismadi dan Naufal Fikri Yusuf

Negara, Bali, (ANTARA News) - Ratusan rumah warga Desa Pengambengan, Kabupaten Jembrana, Bali yang merupakan desa pesisir masih tergenang air akibat banjir yang melanda sejak Rabu dini hari.

"Sejak banjir datang sampai saat ini, ketinggian air masih sama. Kalau hujan lagi, bisa lebih besar banjirnya," kata Hasan, salah seorang warga Dusun Kelapa Balian, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Rabu petang.

Ia mengatakan, banjir besar seperti itu terakhir kali terjadi lebih dari lima tahun lalu, namun dengan cepat surut, sehingga saat hujan lebat turun lagi tidak terlalu mengkhawatirkan, tapi saat ini justru tidak.

Menurutnya, genangan air di pekarangan rumahnya seperti tidak bisa mengalir kemana-mana, karena itu mencurigai saluran drainase yang terlalu kecil sehingga tidak mampu menampung buangan air hujan.

Pewarta Antara dari lokasi kejadian melaporkan ratusan rumah di Dusun Kelapa Balian dan Munduk, Desa Pengambengan masih tergenang air, sedangkan pada Rabu sore mendung tebal mulai terlihat di langit.

Untuk mempercepat pembuangan air, beberapa warga menggunakan mesin pompa untuk menyedot air keluar dari rumah dan pekarangan mereka.

Sementara sebagian besar warga lainnya hanya bisa pasrah sambil menyelamatkan barang-barang berharga miliknya ke tempat yang aman, serta berharap hujan lebat tidak turun lagi.

Santoso, salah seorang warga Dusun Munduk mengatakan, saat banjir datang sekitar pukul 01.00 wita dini hari, ia mendengar suara gemuruh air yang mengalir deras.

"Saya bersama isteri terpaksa tidur di 'dipan' (bangku panjang)  yang ada di teras, karena air masuk sampai ke dalam rumah kami. Kalau nanti sore atau malam hujan lagi, sudah pasti saya tetap tidur di teras," katanya.
 

Sementara data di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana, ada 20 titik bencana saat hujan lebat turun Selasa (27/11) malam, dari banjir, pohon tumbang sampai tanah longsor.

Kepala BPBD Jembrana I Ketut Eko Susilo mengatakan, pihaknya terus memantau dan siaga jika ada warga yang membutuhkan pertolongan darurat.

Agar bisa dengan cepat memberikan bantuan, ia mengatakan, armada BPBD seperti ambulans, mobil tangki air, mobil komando dan sepeda motor diperiksa dengan seluruh anggota diperintahkan siaga.

Hujan lebat beberapa jam di Kabupaten Jembrana menyebabkan sejumlah desa/kelurahan di wilayah ini terendam air banjir, termasuk wilayah Kota Negara yang merupakan ibukota kabupaten.


Tewas tersengat listrik

Di tengah banjir, satu orang warga Kabupaten Jembrana, Bali, I Komang Adi Susanto (35) meninggal tersengat listrik saat hendak memindahkan pesawat televisi yang basah, karena terkena tetesan air hujan, Selasa (27/11) malam.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, I Komang Adi Susanto , warga Dusun Pempatan, Desa Mendoyo Dangin Tukad, Kecamatan Mendoyo terpental saat hendak memindahkan pesawat televisi karena terkena air hujan.

"Saat memindahkan televisi, korban lupa mencabut 'booster' yang masih tersambung ke aliran listrik. Diduga, hal itu menyebabkan yang bersangkutan tersetrum listrik," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Jembrana Ajun Komisaris Yusak Agustinus Sooai.

Menurutnya, teriakan korban saat tersengat listrik dari pesawat televisi di dalam kamarnya didengar I Nyoman Wisudi, ayahnya, yang sedang berada di dapur dan bergegas ke kamar anaknya tersebut.

Tatakala masuk ke kamar Adi, ia melihat anaknya itu sudah dalam kondisi terlentang di lantai yang membuat ia bersama I Nyoman Sudiarti, ibunya dan I Putu Yusri Oktaviani, isterinya panik.

Meskipun sudah berusaha dibawa ke salah satu rumah sakit di Kota Negara, dan sempat mendapatkan pertolongan medis, nyawa korban tidak bisa diselamatkan.

Baca juga: Banjir melanda sebagian wilayah Jembrana, Bali
Baca juga: Banjir landa Jembrana, puluhan warga mengungsi

Pewarta: Gembong Ismadi dan Naufal Fikri Yusuf
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2018