Jakarta (ANTARA News) - Eco Fashion Week Indonesia (EFWI) 2018 di Gedung Stovia, Jakarta, ingin melestarikan kekayaan seni tekstil Indonesia dengan metode ramah lingkungan.

"Ini adalah yang pertama kali di Indonesia dan Asia," ujar perancang Merdi Sihombing, inisiator EFWI, pada pembukaan Eco Fashion Week Indonesia 2018, Jakarta, Jumat.

Salah satu pagelaran busana dari bahan ramah lingkungan yang diperlihatkan adalah "New Faces", menggunakan serat Tencel dari produsen serat asal Austria Lenzing Group.

Mariam Tania, Marketing & Branding Manager Asia Tenggara PT South Pacific Viscose, mengatakan serat Tencel terbuat dari serat kayu bersertifikasi dari kawasan yang sudah diawasi dan dipastikan tidak akan mengganggu lingkungan.

"Kami bekerjasama dengan 15 perancang muda, juga untuk mengedukasi fashion ramah lingkungan," ujar dia.
 


Baca juga: Eco Fashion Week Indonesia akan digelar pertama kali

"New Faces" menampilkan 11 busana kasual perempuan, empat busana kasual pria dan 10 rancangan bertema batik for Red Carpet serta 15 rancangan haute couture.

Lenzing juga berkolaborasi dengan merek pakaian premium lokal Ease dalam peragaan busana ini.

Sebanyak 30 orang perancang lokal dan internasional yang terlibat akan menerapkan konsep terbarukan dengan  cara daur ulang upcycling atau menggunakan bahan organik dan natural yang meminimalisasi jejak karbon.

Acara tersebut berlangsung dari 30 November hingga 2 Desember 2018. Eco Fashion Week Indonesia merupakan gerakan fashion pertama dan terbesar di Indonesia yang diselenggarakan pertama kali pada 2018 ini dan didirikan oleh tiga orang founder yakni Merdi Sihombing, Myra Suraryo, dan Rita M Darwis.

Baca juga: Kemendes PDTT-Merdi Sihombing gelar Eco Fashion Week Indonesia

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018