Saya pikir tidak perlu dilaporkan. Karena banyak data dan bukti. Sebaiknya kita buka ruang diskusi."
Jakarta (ANTARA News) - Sekjen PSI Raja Juli Antoni mengatakan kesiapannya membuka ruang diskusi terkait pernyataannya yang menyebut Soeharto sebagai simbol korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). 

"Jika ada yang mau memproses pernyataan saya ke kepolisian silakan, karena itu koridor hukum. Tapi akan lebih baik jika pernyataan saya dijadikan sebuah diskusi," kata Antoni dalam pesan singkat di Jakarta, Sabtu. 

Antoni mengatakan dirinya siap berdiskusi mengenai pernyataannya itu. Dia juga siap diundang untuk membuktikan Soeharto merupakan simbol KKN. 

"Saya dulu aktif dengan teman-teman menurunkan Pak Harto, dan Pak Harto adalah simbol dari KKN yang ketika itu harus diturunkan karena negeri ini telah rusak oleh tiga kata KKN itu," jelasnya. 

Ketua DPP PSI Tsam‎ara Amany menilai pernyataan Sekjen partainya berdasarkan fakta dan data yang jelas. 

"Saya pikir tidak perlu dilaporkan. Karena banyak data dan bukti. Sebaiknya kita buka ruang diskusi," ujar Tsamara. 

Dia mengatakan pihak yang tidak sependapat dengan pernyataan Sekjen PSI dapat menunjukkan fakta dan data sebaliknya. 

"Sayang banget kalau hanya melaporkan tanpa adanya diskusi yang menarik," ujarnya. 

Sementara itu Ketua DPP Partai Berkarya Badaruddin Andi Picunang menegaskan Presiden RI kedua Soeharto merupakan bapak bangsa peletak dasar pembangunan NKRI. 

Dia mengatakan Soeharto memang diturunkan salah satunya karena KKN mau dikurangi, tetapi kata dia, KKN tetap terjadi sampai saat ini.

"Beliau tidak pernah mengajarkan korupsi, justru sebaliknya di jaman beliau jarang ada korupsi seperti saat ini," jelasnya.

Baca juga: Fitra: PSI harus tanamkan integritas pemberantasan korupsi
Baca juga: Jokowi menghadiri peringatan empat tahun PSI
Baca juga: PSI: Presiden marah terhadap politisi yang mempermainkan rakyat
Baca juga: PSI miliki strategi sampaikan visi-misi Jokowi-Ma'ruf kepada milenial

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018