Miyagi (ANTARA News) - Sekolah Dasar (SD) Arahama terletak di Distrik Arahama, Kota Sendai, Prefektur Miyagi. Daerah itu berada di Jepang bagian utara.

Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara bersama enam perwakilan media lainnya yang mengikuti program "Jenesys 2018" yang diadakan Japan International Cooperation Center (JICE) berkesempatan melakukan kunjungan ke SD Arahama itu pada Kamis (29/11).

Menurut Direktur JICE Kuninobu Ide, tujuan kegiatan kunjungan ke SD Arahama itu agar para awak media benar-benar bisa melihat tentang kondisi saat ini, setelah gempa bumi dan gelombang tsunami yang terjadi di Arahama, beberapa waktu lalu.

Saat ini, kondisi di sekitar SD Arahama, antara lain berupa tanah kosong. Sebelum bencana alam itu terjadi, terdapat sekitar 2.200 orang yang tinggal di Distrik Arahama itu.

Pada saat terjadi gempa bumi dan gelombang tsunami di Kota Sendai, bangunan SD Arahama yang memiliki empat lantai dan atap itu merupakan salah satu bangunan peninggalan bencana alam yang terjadi pada 11 Maret 2011.

Lokasi di mana berada SD Arahama memang dekat dengan pesisir pantai. Saat itu, gempa bumi terjadi pada pukul 14.46 waktu setempat, sedangkan gelombang tsunami mencapai ke SD Arahama tersebut sekitar 70 menit setelah gempa terjadi, yaitu tepat pada pukul 15.55 waktu setempat.

Adapun ketinggian gelombang tsunami yang menerjang Kota Sendai itu sekitar 14 meter dari permukaan air laut, sedangkan SD Arahama yang juga dekat dengan pantai tersebut diterjang gelombang tsunami dengan ketinggian air mencapai sekitar 4,6 meter.

Gelombang tsunami itu tidak berhenti di SD Arahama, namun airnya mengalir hingga mencapai sekitar tiga kilometer dari SD Arahama sebelum kemudian berhenti karena terdapat jalan yang kondisinya meninggi.

Takayama Tomoyuki, seorang pemandu di Museum SD Arahama itu, menyatakan bahwa jumlah murid pada saat terjadi gempa bumi dan gelombang tsunami itu tercatat 91 orang, di mana 20 murid sudah pulang ke rumah dan 71 murid lainnya masih berada di bangunan sekolah tersebut.

Sebanyak 71 murid itu kemudian diselamatkan menuju atap gedung yang berada di SD Arahama.

Selain murid yang berjumlah 71 orang, juga ada para guru, pegawai sekolah, dan masyarakat di sekitar SD Arahama dengan total jumlahnya mencapai 320 orang. Mereka mengungsi ke atap gedung SD Arahama dan berhasil diselamatkan.

"Jadi, orang-orang yang mengungsi ke bangunan sekolah semua orang diselamatkan tetapi di daerah Arahama ini sebanyak 190 orang meninggal dunia akibat bencana tsunami," kata Takayama menjelaskan.

Selain itu, terdapat banyak puing yang terbawa akibat gelombang tsunami yang masuk ke dalam bangunan SD Arahama.



Museum

Pada saat ini, bangunan SD Arahama menjadi museum peninggalan bencana alam dan dibuka untuk masyarakat umum sejak akhir April 2017.

Menurut Takayama, dalam satu hari sekitar 300 orang yang mengunjungi SD Arahama.

Pada lantai satu SD Arahama, terdapat ruang kelas I dan kelas II yang juga terkena gelombang tsunami saat itu.

Pada langit-langit ruang kelas I terlihat atap yang sudah berkarat diakibatkan oleh gelombang tsunami tersebut.

Selain itu, ruang guru yang berada di lantai dua juga terkena imbas dari gelombang tsunami tersebut dengan adanya karat pada dinding.

Pada ruangan lain, juga disimpan sebuah jam dinding berukuran besar yang sebelumnya berada di gedung olahraga SD Arahama yang telah dirobohkan karena rusak parah akibat terjangan tsunami tersebut.

Di lantai tiga juga terdapat ruangan untuk evakuasi pada saat gempa dan tsunami itu terjadi.

Dalam ruangan tersebut, saat ini terdapat barang-barang yang dipajang, seperti radio, selimut, roti kering, dan nasi yang digunakan pada saat evakuasi tersebut.

Menurut Takayama, jumlah selimut pada saat gempa dan tsunami itu terjadi tidak mencukupi sehingga gorden yang berada di ruang musik dan ruangan lainnya di SD Arahama digunakan untuk mengganti selimut.

Selain barang-barang yang diperlukan saat evakuasi, dalam ruangan itu juga terdapat sebuah papan tulis yang masih dipertahankan. Pada papan tulis itu, terdapat tulisan tentang nama-nama orang yang dievakuasi saat terjadi gempa pada 2011 tersebut.

Saat ini, bangunan SD Arahama sudah tidak digunakan kembali untuk kegiatan belajar mengajar, namun masih tetap digunakan sebagai salah satu tempat evakuasi jika gempa dan tsunami terjadi kembali.

Takayama menyatakan 1.000 orang bisa dievakuasi di SD Arahama. Barang-barang seperti selimut, roti kering, dan sebagainya pun sudah tersimpan di lantai empat bangunan tersebut.

Selain museum, juga terdapat patung peringatan tsunami yang dibangun di dekat SD Arahama.

Tinggi patung tersebut sekitar 14 meter yang juga menandakan tentang tinggi gelombang tsunami yang terjadi pada 2011 tersebut.*



Baca juga: Jepang ajak tukar pemahaman media massa Indonesia

Baca juga: Siswa Aceh wakili Indonesia peringatan tsunami dunia


 

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018