Kapasitas SDM yang masih rendah kompetensinya, kurangnya penyedia teknologi, infrastruktur koneksi yang belum memadai di banyak area, keamanan data, rendahnya dana inovasi, merupaka tantangan mewujudkan industri 4.0
Jakarta, (ANTARA News) - Managing Director PT Tetra Pak Indonesia, Paolo Maggi mengatakan, perusahaannya telah mulai menerapkan industri 4.0 diawali dengan pemanfaatan teknologi digital dalam proses produksi.
 
"Kami mengawali dengan penggunaan  kecerdasan buatan (artificial intelligence/ AI) dalam dunia yang terkoneksi satu dengan lainnya," kata Paolo Maggi di Jakarta, Minggu.

Melalui teknologi digital diharapkan dapat terciptanya  pengembangan bisnis yang lebih berkelanjutan. Dengan demikian pelaku industri makanan minuman dapat merasakan peningkatan produktivitas, efisiensi bisnis, dan tentunya praktik bisnis yang mengedepankan tanggung jawab lingkungan," jelasnya.

 Paolo Maggi,  mengatakan, Industri 4.0 yang tengah populer dan dianggap sebagai lompatan berikutnya dalam sejarah industri’ sangat terikat dengan semangat kami untuk mendorong bisnis pelaku industri makanan minuman Indonesia di masa depan. 

Sedangkan Adhi S. Lukman, Ketua Umum GAPMMI menjelaskan berdasarkan observasi GAPMMI, tren pertumbuhan industri makanan minuman hingga akhir tahun dapat mencapai sekitar 8-9 persen karena didorong oleh sejumlah faktor seperti pertumbuhan makro ekonomi Indonesia masih bisa dipertahankan diatas  5 persen

Menurut dia, pertambahan penduduk yang setiap tahun mencapai diatas 4 juta; tren perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan; sebagian industri pangan besar mulai berbenah menuju penerapan industri 4.0 untuk meningkatkan daya saing di pasar global; serta dukungan pemerintah melalui percepatan belanja konsumsi Pemerintah. 

Ditambah lagi harapan tambahan belanja dalam masa kampanye Pilpres dan Legislatif menuju 2019. Terdapat beberapa tantangan yang sebaiknya terus diawasi oleh para pelaku industri makanan minuman saat beradaptasi dengan Industri 4.0 seperti kapasitas SDM yang masih rendah kompetensinya, kurangnya penyedia teknologi, infrastruktur koneksi yang belum memadai di banyak area, keamanan data, rendahnya dana inovasi, serta belum memadainya regulasi pendukung. 

Menurutnya penting bagi para pelaku industri makanan minuman untuk terus melakukan inovasi produk, mengutiliasi strategi bisnis secara digital, serta mempertimbangkan dampak lingkungan yang mungkin tercipta akibat proses bisnis. 

Guna mempersiapkan dan mempercepat implementasi roadmap ‘Making Indonesia 4.0’, terdapat sejumlah solusi bisnis utama yang telah disediakan oleh Tetra Pak Indonesia dalam membantu pelaku industri makanan minuman di masa depan. Sejumlah solusi bisnis utama tersebut adalah 

 Pemrosesan, layanan pemrosesan berbasis traceability mulai dari bahan baku hingga produk akhir di tangan konsumen yang terintegrasi dengan lini produksi melalui Tetra Pak PlantMaster, sebuah sistem kontrol total untuk memastikan adanya konsistensi hasil produksi dan terjaganya kualitas serta keahlian perusahaan dalam memproses produk minuman, keju, yogurt, es krim, kelapa, dan lainnya; 

Pengemasan, solusi Dynamic QR Code yang dapat menyesuaikan secara mudah setiap promosi dan pemasaran para pelaku industri makanan minuman tanpa harus mengganti QR Code yang telah tercetak dalam kemasan produk; dan terakhir 

Layanan Perbaikan dengan teknologi Microsoft HoloLens guna menghubungkan tim ahli Tetra Pak global dengan teknisi lokal untuk menangani kerusakan mesin secara cepat dan akurat. Teknologi Microsoft HoloLens memungkinkan teknisi ahli Tetra Pak Global untuk melakukan layanan perbaikan seperti kerusakan pada mesin pabrik secara virtual tanpa adanya kunjungan fisik di lokasi tertentu. 

Lebih lanjut, Paolo Maggi menerangkan bahwa digitalisasi dan pertukaran data (big data) di pabrik dan keseluruhan lini produksi harus diperhatikan oleh pelaku industri makanan dan minuman agar dapat memenangkan persaingan masa depan. “Hal tersebut merupakan cara cerdas dalam penggunaan teknologi digital untuk melakukan efisiensi dan menekan biaya operasional di pabrik, serta meminimalkan downtime (kerusakan mesin) dan meningkatkan kualitas serta profitabilitas.”

Tetra Pak Indonesia juga menerapkan prinsip bisnis ekonomi melingkar (circular economy) dimana kemasan produk yang digunakan akan dikumpulkan, dipilah, disortir, dan diolah menjadi produk daur ulang yang memiliki nilai guna tambahan. 

Secara global, Tetra Pak telah memiliki komitmen jangka panjang untuk mendaur ulang kemasan karton. Sedangkan di Indonesia, pada 2017 lebih dari 100 ribu atap dan partisi rumah telah dibuat dari bahan hasil daur ulang dari Kemasan karton Tetra Pak. 

 Produk daur ulang ini juga digunakan untuk membuat bahan furnitur dan kertas daur ulang. Dalam 2 tahun terakhir lebih dari 50.000 anak sekolah telah di edukasi mengenai pentingnya pemilahan dan daur ulang sampah kemasan. 

Baca juga: Kepedulian lingkungan dengan mendaur ulang kertas karton

Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2018