Jakarta (ANTARA News) - Sejak era refomasi, banyak orang yang lupa dengan teks Pancasila bahkan salah mengucapkannya. Anggota MPR Fraksi Gerindra, Elnino Husein Mohi, memiliki cerita menarik mengenai hal itu dari temannya, seorang kepala sekolah mengatakan bahwa pancasila memiliki enam sila waktu menjadi pembina upacara dan menyebut sila pertama adalah Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi pancasila kedua.

"Itu hal wajar bisa terjadi," kata dia, yang dia nilai karena masyarakat tidak lagi mengucapkan Pancasila. Oleh karena itu MPR menggelar acara Sosialisasi Empat Pilar untuk mengingatkan kembali tentang Pancasila. Agar Pancasila tidak hanya sekedar menjadi hastag: #sayapancasila, tetapi Pancasila betul-betul harus kita jaga.

Elnino menegaskan bahwa kita harus menyadari bahwa kita adalah orang yang ber-Ketuhanan Maha Esa, kita orang yang berperikemanusiaan, dan harus bersatu. “Kita tidak boleh saling mem-bully,” katanya. 

Kemudian, kita harus selalu menyelesaikan masalah dengan musyawarah dalam hikmah dan kebijaksanaan untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Ia menyampaikan hal itu saat memberikan sambutan pada acara sosialisasi Empat Pilar MPR di Gorontalo pada Sabtu malam (1/12). Sosialisasi Empat Pilar ini dikemas dalam bentuk Festival Budaya Gorontalo.

Kegiatan seni budaya ini untuk pertama kalinya diselenggarakan di Bumi Limboto itu dan untuk pertama kalinya Sosialisasi Empat Pilar itu diselenggarakan di pusat perbelanjaan atau mall.

Acara dibuka Asisten II Bidang Pembangungan Provinsi Gorontalo, Drs Sultan Rusdi, di Atrium Mall Gorontalo. Ratusan peserta berbaur yang dengan pengunjung mall terliat antusias menyaksikan acara Festival Budaya Gorontalo itu. 

Sejumlah pertunjukan digelar dalam acara tersebut seperti tarian tradisional Gorontalo yang dibawakan penari dari sanggar Meca Dancer, pembacaan puisi dalam bahasa Gorontalo (Tanggomo), Band, dan Stand Up Comedy.

Selain beragam seni budaya Gorontalo, acara festival budaya ini juga diselingi talkshow, dengan narasumber Mohi, Rusdi, dan Kepala Bagian Pemberitaan, Hubungan Antar Lembaga dan Layanan Informasi Biro Humas MPR, Muhamad Jaya. Dalam sesi tanya jawab, seorang peserta menanyakan tentang masih banyak fakir miskin dan anak-anak terlantar di kota-kota besar. 

Menjawab pertanyaan itu, Mohi menyatakan, anak-anak terlantar harus dipelihara negara. Negara yang dimaksudkan adalah lembaga-lembaga negara, tetapi yang melaksanakan 90 persen adalah presiden.

Dalam laporannya, Jaya menyebutkan, acara ini menarik banyak perhatian dan dinilai sukses, meski pertama kali diselenggarakan di Provinsi Gorontalo dan di satu mal.

Selanjutnya, dia menjelaskan, anggota MPR punya kewajiban untuk melakukan Sosialisasi Empat Pilar MPR. 

Sosialisasi itu dilakukan dengan berbagai metode, di antaranya pelatihan untuk pelatih Lomba Cerdas Cermat, outward bound, Kemah Empat Pilar, dan sebagainya.

“Malam ini, di Gorontalo, sosialisasi Empat Pilar dikemas dalam bentuk Festival Budaya,” ungkap Muhamad Jaya.

Bukan tanpa alasan MPR memilih pagelaran seni budaya sebagai salah satu metode sosialisasi Empat Pilar.

“Agar generasi muda mencintai budayanya, dan dapat mengangkat budaya tersebut di dunia global. Merawat kebhinnekaan harus dimulai dari merawat budaya,” katanya.

Sementara itu Rusdi, yang hadir mewakili gubernur Gorontalo menyatakan, Empat Pilar yang disosialisasilkan ini harus dihayati dan diimplementasikan dalam kehidupan sehar-hari. 

Sebab, Empat Pilar ini erat kaitannya dengan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Artinya, dengan memahami Empat Pilar, kita mengetahui hak dan kewajiban sebagai warga negara.

Baca juga: Pimpinan MPR tegaskan perlunya PMP kembali diajarkan di sekolah
Baca juga: MPR gelar Wayang Kulit untuk sosialisasi Empat Pilar di Sumsel
Baca juga: Anggota MPR RI tegaskan sosialisasi empat pilar harus dipertahankan

Pewarta: Hendri Indrawan
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018