PMI Manufaktur Indonesia menduduki peringkat ke-4, melampaui capaian Thailand, Malaysia, dan Singapura
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meyakini kinerja industri manufaktur tumbuh positif hingga akhir 2018 seiring peningkatan produktivitas dan ekspor sejumlah sektor strategis.

"Misalnya di industri otomotif, pertumbuhannya masih cukup bagus baik dari segi konsumsi domestik maupun ekspor," kata Airlangga di Jakarta, Selasa.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tiga sektor manufaktur yang mampu melampaui pertumbuhan ekonomi sebesar 5,15 persen pada triwulan III-2018, yakni industri tekstil dan pakaian yang tumbuh mencapai 10,17 persen, industri makanan dan minuman berada di level 8,1 persen, serta industri alat angkutan tembus 5,37 persen. 

"Berdasarkan Making Indonesia 4.0, sektor tersebut akan menjadi pionir dalam penerapan industri 4.0," imbuhnya.

Pada periode yang sama, industri pengolahan masih memberikan kontribusi terbesar dalam struktur produk domestik bruto (PDB) nasional dengan porsi mencapai 19,66 persen. 

"Sektor manufaktur kita termasuk yang memberikan nilai tambah cukup tinggi di tingkat global. Menurut laporan World Bank, value added manufacture kita berada di peringkat ke-4 dunia," ungkap Menperin.

Sementara itu, menurut survei Nikkei dan IHS Markit, Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada November 2018 sebesar 50,4.

Angka di atas 50 masih menunjukkan level ekspansif. Di tingkat ASEAN, PMI Manufaktur Indonesia menduduki peringkat ke-4 melampaui capaian Thailand (49,8), Malaysia (48,2), dan Singapura (47,4).

Oleh karena itu, pemerintah fokus mendorong industrialisasi di sektor manufaktur dan terus menggenjot program hilirisasi guna meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri.

"Bapak Presiden telah meminta kepada pelaku usaha melakukan industrialisasi dan hilirisasi untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan. Ekspor bahan mentah harus dikurangi secara bertahap," ujarnya.

Selain mendongkrak nilai tambah, hilirisasi industri juga memacu penyerapan tenaga kerja dan penerimaan negara dari ekspor.

"Tidak ada satu negara maju di dunia yang tanpa melalui industrialisasi," imbuhnya.

UNIDO juga mengemukakan, Indonesia termasuk dari empat negara Asia yang memiliki nilai tambah sektor manufakturnya tertinggi di dunia. 

"Jadi, kita bersama China, Jepang, dan India," tutur Airlangga.

Baca juga: Produksi industri manufaktur besar-sedang tumbuh 5,04 persen
Baca juga: Menperin optimistis Industri 4.0 dorong revitalisasi manufaktur

 

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018