Brussel (ANTARA News)  - Amerika Serikat, Selasa (4/12), memberi batas waktu 60 hari bagi Rusia untuk memberikan pengakuan soal tindakannya yang dianggap Washington sebagai pelanggaran atas perjanjian pengendalian persenjataan, yang membuat Eropa bebas dari peluru kendali.

Dalam pertemuan di Brussel, sekutu-sekutu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang dipimpin Jerman mendesak Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo untuk memberikan kesempatan terakhir bagi upaya diplomasi sebelum Washington menarik diri dari Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak-Menengah 1987 (INF). Para sekutu mengkhawatirkan perlombaan baru persenjataan akan muncul di Eropa.

Sebagai gantinya, para menteri luar negeri NATO setuju untuk secara resmi menyatakan Rusia melakukan "pelanggaran materi" Perjanjian INF dalam pernyataan dukungan mereka bagi Amerika Serikat.

Rusia membantah melakukan pengembangan peluru kendali jarak-menengah Cruise. Rudal yang berbasis di darat itu mampu melontarkan hulu ledak nuklir dan menghantam kota-kota Eropa dalam waktu singkat.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan saat ini ada dorongan diplomatik kuat pada upaya untuk meyakinkan Rusia agar menghentikan apa yang Pompeo katakan sebagai "kesatuan-kesatuan rudal SSC-8". Namun sementara itu, Washington bersiap-siap keluar dari perjanjian itu pada Februari.

"Jangkauannya membuat (rudal, red)nya sebagai ancaman bagi Eropa," kata Pompeo soal peluru kendali itu, yang juga disebut dengan Novator 9M729. Ia berbicara setelah mengadakan pertemuan dengan mitra-mitranya di NATO.

Pompeo menambahkan bahwa tindakan-tindakan Rusia "sangat meremehkan keamanan nasional Amerika dan sekutu-sekutu kami".

Baca juga: Pejabat Rusia: keluarnya AS dari INF "pukulan" buat kestabilan global
Baca juga: Trump: AS akan mundur dari perjanjian nuklir dengan Rusia
 


Sumber: Reuters
Editor: Tia Mutiasari/Fardah Assegaf

Pewarta: Antara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2018