London (ANTARA News) - Musisi muda asal suku Dayak Kenyah yang juga mahasiswa program Master di ISI Yogya, Uyau Moris, yang memainkan alat musik tradisional Sape suku dayak mendapat sambutan meriah di Ekuador.

Seniman Uyau Moris mengikuti rangkaian kegiatan atas kerjasama KBRI Quito dengan beberapa pihak di Loja dan Quito, Ekuador sejak tanggal 16 hingga 23 November lalu, demikian keterangan KBRI Quito yang diterima Antara London, Rabu.

Uyau Moris tampil dan berpartisipasi pada the 3rd Loja International Festival of Performing Art. Festival internasional yang diadakan Municipality of Loja dan Ministry of Cultural and Heritage of Ecuador itu meliputi pertunjukan musik, tari, teater, drama musikal, pantomime dan akrobatik yang diikuti seniman dari berbagai negara, seperti Spanyol, Mexico, Peru, Colombia, Jepang, Cuba, Argentina, Chile, dan Indonesia.

Festival yang diikuti sekitar 400 seniman, artis internasional serta ribuan artis dan seniman Ekuador tersebut menampilkan beragam kegiatan seni.

Pada penampilan pertamanya bertempat di Circuito de la Cultura yang merupakan panggung terbuka, Uyau Moris, dan dua penari dari KBRI Quito menampilkan musik dan tari yang menarik perhatian dan mendapatkan apresiasi yang sangat baik dari 150 penonton yang hadir.

Pada hari kedua, Uyau Moris memdapat kesempatan tampil di salah satu teater Teatro de Artes Segundo Cueva Celi.

Uyau Moris membawakan tujuh lagu daerah yaitu Papat Pibui, Menu Lepu, Soul of Borneo, Mohing Asang, Jungle Song, Hope dan lagu Lan E Tuyang yang berkolaborasi dengan penari dari KBRI yaitu Vera yang menari bersama Uyau Moris.

Berbeda dari pertunjukan sebelumnya, Uyau Moris membawakan satu lagu Pop berbahasa Spanyol yang sangat populer baik di Ekuador maupun di Indonesia, lagu Despacito yang dimainkan Uyau menggunakan alat musik tradisional Sape yang membuat decak kagum penonton yang ikut bernyanyi bersama.

Pada mulanya, Uyau Moris hanya mendapatkan dua kali kesempatan untuk tampil di festival Internasional tersebut, namun setelah melihat pertunjukan yang dibawakan Uyau yang sangat memukau, Uyau mendapat kehormatan untuk tampil kembali pada pembukaan Folklore Performance yang masih dalam rangkaian the 3rd Loja International Festival of Performing Art.

Pada pembukaan Folklore Performance di Plaza Teatro Bolivar, Uyau membawakan dua lagu daerah, Soul of Borneo dan Lan E Tuyang diiringi dengan tarian. Sama halnya dengan pertunjukan yang sebelumnya, Uyau Moris menampilkan pertunjukan musik yang berbeda dari penampil lainnya, berhasil membuat decak kagum setiap alunan instrument Sape yang dimainkan.

Seusai mengikuti the 3rd Loja International Festival of Performing Art yang diadakan di Loja, Ekuador pada tanggal 16-19 November. Uyau Moris, juga melakukan rangkaian kegiatan atas kerjasama KBRI dengan beberapa pihak di kota Quito.

Pada pertunjukan pertamanya di Quito, Uyau Moris tampil memukau dihadapan mahasiswa dan akademisi Pontificia Universidad Catolica del Ecuador (PUCE) yang antusias menantikan permainan Sape dari Uyau Moris.

Uyau Moris membawakan beberapa lagu daerah yang jadi andalan dinikmati oleh kurang lebih 120 orang penonton di Auditorio de la Facultad Ciencias de la Educaci'n. Selain memainkan alat musik Sape dalam setiap lagu yang dibawakan, Uyau Moris juga memainkan alat musik tradisional Ekuador yaitu Quena yang merupakan alat musik tiup seperti suling yang didapat Uyau dari seniman Ekuador saat mereka berada dalam satu festival seni di Paris.

Pesona alat musik Sape yang dimainkan Uyau Moris disalah satu teater yang popular di Ekuador yaitu Teatro Nacional Sucre saat Uyau Moris tampil dihadapan kurang lebih 150 penonton yang berasal dari berbagai kalangan baik dari seniman, masyarakat umum, pemerintahan dan pengusaha di Ekuador.

Penampilan Uyau Moris yang didukung dengan penataan cahaya dan akustik memperkuat suasana dari setiap lagu yang mempunyai cerita dan turut larut dirasakan penonton.

Kehadiran Uyau Moris mengikuti beberapa kegiatan KBRI Quito merupakan upaya untuk memperkenalkan dan menunjukkan bahwa Indonesia memiliki begitu banyak seni dan budaya yang menawan dan salah satunya dengan alat musik tradisional Sape yang dimainkannya, serta merupakan salah satu cara untuk menarik minat wisatawan untuk lebih mengetahui potensi yang dimiliki Indonesia.

Baca juga: Tokoh adat Dayak deklarasi dukung pemilu damai

Baca juga: Para yachter disuguhi makanan tradisional suku Dayak

Baca juga: Dayak Paramasan gelar Aruh Ganal karena panen melimpah

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018