Padang (ANTARA News) - Wakil Presiden, Jusuf Kalla, mengatakan para korban penembakan kelompok kriminal bersenjata di Kabupaten Nduga, Papua, telah bekerja membangun infrastruktur guna menghubungan antarwilayah di Papua untuk pemerataan pembangunan di wilayah timur Indonesia.

Oleh karena itu, dia menilai penyematan istilah sebagai pahlawan pembangunan trans-Papua sudah tepat diberikan kepada para korban penembakan tersebut.

"Ya (disebut) pahlawan pembangunan karena mereka sudah bekerja untuk menghubungkan semua wilayah-wilayah di Papua. Dasarnya tentu keputusan Presiden (Joko Widodo), apalagi Presiden berjanji tiap tiga bulan ke sana, tapi mengapa mereka (KKB) begitu brutal,” kata dia, kepada pers, di Padang, hari ini.

Insiden penyerangan dan penghadangan oleh kelompok bersenjata terhadap warga sipil di Papua bukan kali pertama terjadi. Namun serangan secara massal, menurut JK, baru kali ini terjadi hingga menewaskan puluhan orang.

“Biasanya memang ada penghadangan, tapi penyerangan massal itu khan jarang terjadi. Ini penyerangan massal,” katanya.

Ia mengatakan, saat ini pemerintah juga mengutamakan proses evakuasi terhadap para korban. Dari evakuasi tersebut, lanjut JK, nantinya dapat diperoleh jumlah pasti korban.

“Ya tentara dan polisi kan baru masuk ke sana. Jadi laporan tepatnya masih menunggu evakuasi itu, apakah 31 atau berapa, iya kan. Menunggu evakuasi, itu yang diutamakan,” ujarnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah memerintahkan jajaran TNI dan Kepolisian Indonesia menangkap para pelaku penembakan dan pembunuhan terhadap pekerja proyek pembangunan di wilayah timur Indonesia itu.

Presiden mengatakan Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, bersama Wakil Kepala Kepolisian Indonesia, Komisaris Jenderal Polisi Ari Dono, telah berada di Papua untuk menangani kejahatan yang menewaskan para pekerja tersebut.

"Saya tegaskan bahwa tidak ada tempat untuk kelompok-kelompok kriminal bersenjata seperti ini di tanah Papua, maupun di seluruh pelosok Tanah Air," kata Jokowi.

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018