Jakarta, (ANTARA News) - Murtaza Ahmadi, sekarang berusia tujuh tahun, pernah menjadi viral pada 2016 setelah difoto saat menggunakan baju seragam tim sepak bola nasional Argentina dengan nomor milik Lionel Messi yang terbuat dari kantong plastik.

Murtaza kemudian diundang untuk bertemu pemain idolanya dari Argentina itu di Doha, Qatar.

Menurut pengakuan keluarga Ahmadi, saat ini mereka terpaksa meninggalkan rumah di Afghanistan setelah mendapatkan beberapa kali ancaman dari kelompok Taliban.

Mereka tinggal di Propinsi Ghazni  yang merupakan wilayah operasi kelompok militan tersebut, dan berhasil menyelamatkan diri ke Ibukota Kabul.

Menurut kantor berita AFP, Murtaza dan keluarga sempat mencari tempat pengungsian sementara di Pakistan pada 2016, tapi kembali ke kampung halaman setelah kehabisan uang.

Murtaza masih berusia lima tahun ketika ia menggunakan seragam terbuat dari kantong plastik berwarna putih-biru, seragam tim nasional Argentina yang dipimpin Messi sebagai kapten.

Di bagian depan baju kantong plastik itu, ditulis angka 10 dengan spidol.

Foto yang diunggah di media sosial tersebut ternyata menjadi viral dan banyak warga net meminta agar Murtaza dicari supaya Messi bisa bertemu.

Ketika nama dan identitas Murtaza diumumkan, Messi kemudian mengirimkan sebuah paket, termasuk seragam tim nasional Argentina yang sudah ditanda taganinya, melalui Unicef, dimana Messi menjadi dutanya.

Nasib baik pun menghampiri Murtaza karena ia kemudian diundang bertemu Messi di Doha pada 2016 ketika Barcelona sedang mengikuti pertandingan persahabatan. Ia sempat berjalan di lapangan bersama pemain idolanya itu.

Namun, keluarga Murtaza mengakui bahwa kepopuleran yang mereka dapatkan justru membuat mereka menjadi khawatir akan menjadi target Taliban.

"Orang kuat di kampung mengatakan, 'Kamu sudah kaya sekarang, berikan uang yang kamu terima dari Messi atau kami akan ambil anak kamu," kata Shafiqa, ibu Murtaza kepada AFP.

Menurut Shafiqa, mereka tidak sempat membawa harta benda, termasuk seragam dari Messi yang sangat berharga itu, saat meninggalkan rumah tengah malam setelah mendengarkan rentetan tembakan.

Keluarga Murtaza adalah bagian dari kelompok etnis Hazara yang beraliran Shiah dan menjadi target kelompok Taliban.

Wilayah Ghazni yang sebenarnya masih dalam kontrol pemerintah Afghanistan, sering menjadi daerah konflik dengan kelompok Taliban.

Pada Agustus lalu, kelompok Taliban garis keras melancarkan serangan dan kembali melakukan serangan pada November, memaksa ribuan warga setempat menyelamatkan diri. Ratusan orang warga sipil, tentara dan pemberontak terbunuh dalam serangan itu.

Humayoo (17 tahun), kakak Murtaza mengakui bahwa mereka tidak bisa mengantar Murtaza ke sekola dalam dua tahun terakhir dan juga tidak membiarkannya bermain di jalan.

"Saya rindu Messi," kata Murtaza kepada AFP yang menemuinya di Kabul. Ia sangat berharap suatu hari bisa bertemu lagi.

"Kalau saya bertemu, saya akan mengatakan 'Salaam' dan apa kabar. Lalu ia akan menjawab terima kasih dan saya akan ke lapangan dimana ia akan bermain dan saya akan menonton dia," kata Murtaza.

Pewarta: Atman Ahdiat
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2018