Abdal Hiyarrijal tampak sibuk pagi itu. Dengan mengenakan rompi merah bertuliskan GBK di bagian pundaknya, pria yang akrab disapa Rijal itu melakukan inspeksi di Stadion Akuatik Gelora Bung Karno, Jakarta.

Sebagai general manajer Stadion Akuatik GBK, Rijal ingin memastikan semua operasional stadion yang menempati area seluas 24.000 metre persegi itu berjalan lancar sebelum menggelar Kejuaraan Akuatik Indonesia Terbuka (IOAC) 2018.

Tugas utama Rijal salah satunya adalah menjaga kebersihan air di empat kolam yang terdapat di stadion akuatik bertaraf internasional itu.

"Air kolam harus stabil pH-nya, normalnya pH 7,2 hingga 7,6 dengan kadar klorin 1 sampai 2," kata Rijal ketika ditemui di Jakarta, Kamis (29/11).

Tingkat pH air menjadi salah satu faktor penting ketika kolam digunakan oleh para atlet yang bertanding. Karena jika pH kurang, maka air akan bersifat asam dan membuat gatal di kulit.

Jika pH air lebih dari tingkat normal maka air bersifat basa sehingga bisa menyebabkan iritasi. "Jadi air itu memang perawatannya harus benar ga sembarangan," kata Rijal.
Seorang atlet renang berlatih di kolam Stadion Akuatik Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (5/12). (Antaranews/Aditya E.S. Wicaksono)


Tidak tanggung-tanggung, Rijal mengungkapkan bahwa sekitar Rp 20 juta dihabiskan perharinya untuk konsumsi bahan kimia untuk menjaga kadar pH air kolam netral.

"Ini menggunakan teknologi dari Spanyol, ada tujuh item obat. Kalau dulu sebelum renovasi kami hanya memakai dua jenis obat. Tapi sebenarnya fungsinya sama," kata Rijal.

Desain Stadion Akuatik yang sekarang cukup membantu dalam perawatan air kolam. Stadion akuatik itu dulunya tidak memiliki atap, sehingga ketika hujan kadar pH air bisa berubah.

Campuran bahan kimia itu, selain untuk menjaga kadar pH, juga berfungsi untuk mencuci air kolam. Di kondisi tertentu, jika air memang sudah sangat kotor, maka air kolam harus diganti dengan air yang baru.

Kolam di stadion akuatik itu pun telah mengantongi sertifikasi standar kolam dari federasi renang internasional FINA pada 2017 terkait kadar pH air dan suhu stadion sebagai salah satu komponen standar pertandingan.

Untuk suhu stadion, FINA menetapkan standar di angka 26-28 derajat Celcius.
Sejumlah atlet polo air berlatih di kolam Stadion Akuatik Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (2/12). (Antaranews/Aditya E.S. Wicaksono)


Setelah bahan kimia melakukan fungsinya dengan baik, puluhan ribu galon air di empat kolam stadion akuatik itu harus disirkulasi dengan mesin sirkulasi dan vakum.

Mesin-mesin sirkulasi air kolam harus  berjalan dengan baik. "Perawatan mesinnya banyak sekali untuk sirkulasi air," kata Rijal.

Perenang kebangsaan Belanda keturunan Jawa Ranomi Kromowidjojo mengaku terkesan ketika mengunjungi Stadion Akuatik pada Agustus lalu.

"Kolamnya terlihat sangat menakjubkan. Kedua kalinya saya menginjakkan kaki di sini, saya langsung ingin berenang, karena sebagai perenang kalian pasti tahu perasaan itu," ungkap Ranomi ketika diundang menjadi pembicara di sesi latihan bersama atlet timnas renang Indonesia.

Setelah berbagi tips dan bercengkerama dengan Siman Sudartawa dkk. Ranomi pun kemudian turun ke air dan menjajal salah satu stadion akuatik terbaik di Asia Tenggara itu.

Baca juga: Ranomi Kromowidjojo berlatih bersama timnas renang
Baca juga: Resep menjadi juara ala Ranomi Kromowidjojo


Stadion akuatik menjalani tahap renovasi dari November 2016 hingga Desember 2017 untuk menyambut Asian Games 2018.

Dengan wajah barunya, stadion itu mampu menampung 7.600 penonton dengan didukung sistem pencahayaan di dalam stadion sebesar 1.500 lux.
Seorang atlet loncat indah menjalani latihan di Stadion Akuatik Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (8/12). (Antaranews/Aditya E.S. Wicaksono)


Stadion itu juga sudah dilengkapi dengan sejumlah sarana pendukung seperti ruang serba guna dan ruang media.

Untuk mendukung operasional stadion, listrik berdaya 1.000 kva terpasang didukung oleh dua genset berdaya 800 watt untuk menyediakan listrik cadangan.

Setiap bulannya, sekitar Rp 100 juta rupiah dihabiskan hanya untuk membayar konsumsi listrik stadion akuatik tersebut.

Stadion akuatik memiliki empat kolam dengan kedalaman dan fungsi yang berbeda.

Ada kolam polo air dengan kedalaman tiga meter, kemudian kolam tanding dengan kedalaman tiga meter untuk pertandingan renang.

Lalu kolam loncat indah dengan kedalaman lima meter dan kolam pemanasan dengan kedalaman dua sampai tiga meter.
Sejumlah atlet loncat indah menjalani latihan di Stadion Akuatik Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (7/12). (Antaranews/Aditya E.S. Wicaksono)


Jika tidak sedang menggelar kejuaraan, Stadion Akuatik GBK dibuka untuk umum. Mulai jam 5-7 pagi, kolam dibuka khusus untuk klub dan komunitas akuatik. Sementara dari jam 8 pagi-4 sore, kolam dibuka untuk umum.

Pada petang hari, jam 4-6 sore, 6-8 malam kolam dikhususkan kembali untuk dipakai klub dan komunitas.

Harga tiket masuk perorangan adalah Rp125.000 sementara untuk klub adalah Rp1.100.000 untuk dua jam pemakaian.

Sementara untuk stadion ini operasional sebulan Rp 1 miliar pas. Untuk biaya pemeliharaan kolam ini Rp 700 juta sebulan, menggunakan subsidi silang dari dana Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno, ungkap Rijal.

Rijal pun mengakui pemasukan yang didapat dari pemakaian stadion belum mampu menutup biaya operasional stadion akuatik itu.

"Tidak sebanding walaupun pengunjung penuh dengan biaya perawatan," kata Rijal.

Walaupun menyandang status arena berkelas internasional, Stadion Akuatik tak jarang mendapat perlakuan yang kurang bertanggungjawab dari para pengunjungnya.

Ketika Kejuaraan Akuatik Indonesian Terbuka (IOAC) 2018, 1-9 Desember, tampak sampah, khususnya dari bungkus makanan, menghiasi sebagian sudut tribun penonton.

Sudah sepantasnya masyarakat ikut menjaga bangunan yang luar biasa yang menjadi ikon baru dunia olahraga nasional itu.

"Hal itu perlu diedukasi banget," pungkas Rijal.

Baca juga: IOAC 2018 ajang pencarian bakat perenang nasional
Baca juga: Azzahra mengaku banyak belajar dari senior di IOAC 2018


T.A059/















 

Pewarta: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2018