Pembangunan kota harus mengikuti perkembangan zaman dengan mengupayakan kebijakan mengarah pada integrasi global
Jakarta (ANTARA News) - Ahli tata kota yang juga Dekan Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB Widjaja Martokusumo menyebutkan pentinya pimpinan daerah memiliki inovasi untuk mengembangkan daerah, agar tidak tertinggal dengan kota-kota lainnya.

"Pembangunan kota harus mengikuti perkembangan zaman dengan mengupayakan kebijakan mengarah pada integrasi global. Sehingga selalu ada inovasi-inovasi baru dalam perencanaan kota, tidak lagi berdasarkan konsep konservatif," kata Widjaja di Jakarta, Minggu.

Menurut dia, kebijakan modernisasi yang mengarah  kepada integrasi global  pada akhirnya membawa kepada proses transportasi pada kota-kota besar di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia.

Ia mengingatkan identitas heritage city kadang-kadang menjadi bagian yang terlupakan dalam perencanaan pembangunan kota di Indonesia, padahal ada relevansi dan integrasi antara aset budaya dengan modernisasi atau kebijakan pembangunan kota.

“Minat terhadap ciri-ciri lokal dan upaya pelestarian budaya harus dikaitkan dengan persoalan identitas atau place making. Untuk mempertahankan jatidiri dalam penyusunan atau pembuatan kawasan kota berkarakter,” terangnya

Sementara itu, dalam seminar bertajuk "Who Build Cities?",  Wali Kota Bogor Bima Arya menjelaskan kunci untuk membangun kota  yakni dengan  menggandeng lima komponen meliputi pemerintah, swasta, perguruan tinggi, komunitas, dan media.

"Kalau semua kepala daerah bisa menggerakan  lima komponen ini, maka dia dapat bergerak cepat membangun kota," kata Bima Arya di Jakarta, Minggu.

Bima menyebutnya sebagai "Penthahelix, bahkan kalau semua kepala daerah bisa menggerakan lima komponen ini, maka pembangunan kota dapat bergerak lebih cepat.

Bima mengatakan, untuk membangun kota Bogor di awal pemerintahannya dia mengangkat tiga tema yakni kota budaya (hertitage city), kota hijau (green city), dan kota pintar (smart city).

Karena itu, di tahun pertama pemerintahannya, Bima merumuskan karakter Kota Bogor dari tiga identitas tersebut. Semua perencanaan dan kegiatan pembangunan serta kolaborasi yang dilakukan diturunkan dari ketiga identitas tersebut.

“Tidak mungkin ada konsep pembangunan yang keluar dari tiga identitas itu. Ketiganya akan terus kita kuatkan, karena kita ingin menjadikan Bogor sebagai kota berkarakter,” ujarnya.

Ia meyakini untuk membangun karakter sebuah kota dibutuhkan pembangunan infrastruktur yang baik dan terencana. Dengan begitu akan membangun kultur masyarakat ke arah yang positif.

“Kita tidak mungkin berbusa-busa membangun kultur, kalau kita tidak membangun infrastruktur. Jadi infrastruktur harus dibangun untuk membangun kultur. Sebuah kultur akan terbangun dengan sendirinya, bila infrastruktur telah dibangun dengan baik,” terangnya.

Dicontohkannya, untuk membangun kultur tidak melakukan vandalisme di fasilitas publik, ia memutuskan membuat vertical garden di tiang-tiang jalan layang. Dengan begitu, aksi vandalisme mulai menghilang. Untuk membuat orang suka berjalan kaki, ia membuat banyak taman.

Baca juga: Menata wajah kota Yogyakarta





 

Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018