Aden, Yaman (Antara News) -  Bentrokan baru meletus pada Senin malam (10/12) antara pihak yang berperang di Yaman di dekat instalasi penting pemerintah di Kota Pelabuhan Al-Hudaydah, yang strategis, kata warga setempat kepada Xinhua.

Pasukan Pemerintah Yaman terlibat dalam bentrokan sengit bersenjata dengan gerilyawan Syiah Al-Houthi, yang didukung Iran, di daerah di sekitar Universitas Al-Hudaydah dan di bagian selatan kota tersebut, kata warga.

Mereka mengatakan senjata berat, termasuk senjata artileri, digunakan dalam baku-tembak itu, sehingga mengakibatkan ledakan kuat di kota tersebut --yang telah menyaksikan jeda singkat dalam pertempuran.

Mamun Mahjami, Juru Bicara Resmi Brigade Imlaq --yang pro-pemerintah, mengatakan melalui telepon kepada Xinhua gerilyawan Al-Houthi menyerang dan berusaha merebut kembali beberapa daerah di sekitar Universitas Al-Hudaydah.

"Pasukan kami (Brigade Imlaq) menghadapi serangan gerilyawan Al-Houthi bersenjata dan menggagalkannya setelah beberapa jam pertempuran," kata Mahjami, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi.

Sementara itu, tim perunding pemerintah dalam pembicaraan perdamaian yang ditaja PBB di Swedia mulai mempelajari gagasan baru yang diajukan oleh Utusan PBB untuk Yaman Martin Griffiths mengenai Al-Hudaydah.

Beberapa sumber mengatakan gagasan utusan PBB tersebut menyarankan penarikan gerilyawan Al-Houthi dan pasukan pro-pemerintah dengan dipantau PBB dari semua daerah di Al-Hudaydah.

Namun, seorang pejabat pemerintah yang berpusat di Aden mengatakan pemerintah menolak gagasan itu dan mendesak penarikan penuh gerilyawan Al-Houthi dari Al-Hudaydah, sementara menempatkan managemen di bandar udara utama kota tersebut di bawah kendali pemerintah.

"Pasukan sah kami akan siap mengusir gerilyawan Al-Houthi dari Al-Hudaydah dan takkan menerima kehadiran pasukan asing," kata pejabat itu --yang tak ingin disebutkan jatidirinya.

Selama satu taklimat yang diselenggarakan di Swedia, Griffiths mengatakan Al-Hudaydah tetap menjadi masalah yang paling rumit dalam pembahasan antara kedua pihak yang berperang.

Pada Kamis (6/12), pembicaraan perdamaian yang ditaja PBB untuk membangun kepercayaan antara pihak yang berperang di Yaman diluncurkan di Swedia, dalam langkah pertama untuk melanjutkan proses politik yang terhenti pada 2016.

Pemerintah Yaman dengna keras mendesak dikembalikannya Provinsi Al-Hudaydah, tempat pasukannya, dengan dukungan dari koalisi pimpinan Arab Saudi, telah terlibat dalam pertempuran sengit melawan gerilyawan Al-Houthi selama berbulan-bulan.

Selain itu, pemerintah juga menuntut dilaksanakannya Resolusi 2216 Dewan Keananan PBB, yang menyerukan penarikan gerilyawan Al-Houthi dari kota besar dan penyerahan senjata berat mereka.

Semua pihak yang berperang di Yaman telah mengadakan beberapa babak pembicaraan perdamaian sejak gerilyawan Al-Houthi merebut kekuasaan pada penghujung 2014.

Namun, semua pembicaraan itu ambruk dan gagal mencapai penyelesaian politik, sehingga mengakibatkan kerusuhan lebih lanjut di lapangan.

Banyak pengamat mengatakan gerilyawan Al-Houthi tampaknya takkan setuju menyerahkan senjata mereka sebab semua pihak kekurangan i`tikad baik untuk mencapai kesepakatan perdamaian.

Editor: Chaidar Abdullah

Pewarta: Antara
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2018