Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan penyedia infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi dan perangkat cerdas Huawei mendorong optimalisasi dan adopsi solusi manajemen bencana di Indonesia.

"Dari data global semakin tahun berencana semakin meningkat. Di Asia jumlah kebencanaan semakin tinggi, salah satu dampaknya adalah dari sisi ekonomi," ujar Executive Product Manager Huawei Indonesia, Arri Marsenaldi dalam temu media di Jakarta, Selasa.

Tantangan fundamental yang dihadapi Indonesia, menurut Arri, adalah sulitnya memprediksi bencana alam.

Selain itu, kendala lain adalah keterbatasan analisa data untuk sistem peringatan awal bencana, juga kualitas jaringan telekomunikasi saat terjadi bencana.

Huawei mengembangkan model manajemen bencana Prevention, Pre-Warning, Response, Recovery atau 2P2R.

"Tindakan pencegahan penting untuk menginformasikan bencana dan bagaimana impact-nya, mengetahui daerah yang rawan bencana untuk menyiapkan logistik ketika bencana terjadi," kata Arri.

Pada tahap preventif, Huawei mengembangkan solusi-solusi untuk mengkaji risiko dan memetakan potensi rawan bencana yang akan menjadi landasan dalam manajemen risiko dan tanggap bencana.

Huawei memiliki teknologi pengumpulan data multi-kanal dan pengintegrasian data untuk keperluan analisis bencana, yang pada tahap pra-peringatan, data yang dikumpulan dan telah dianalisa kemudian didistribusikan ke masyarakat melalui sms, radio, maupun televisi.

Huawei juga mengembangkan pusat operasional darurat di lapangan untuk mendukung proses penggelaran yang cepat. Pusat operasi darurat tersebut juga dilengkapi dengan fasilitas video komando dan pengendalian.

Hal ini untuk mendukung dalam proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan kolaboratif dalam merespons bencana.

Huawei menggunakan teknologi eLTE yang dapat terkoneksi dengan ponsel, HT, maupun perangkat pintar dari berbagai agensi untuk komunikasi saat terjadi bencana.

Hal ini mendukung dalam proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan kolaboratif, seperti pada proses pemantauan kegiatan di lapangan dan proses pengiriman umpan balik ke pusat operasional.

"Kita membangun satu network yang siap ketika terjadi emergency. Ini lebih mobile bisa dibawa dengan mobil atau bahkan backpack," kata Arri.

Pada tahap pemulihan bencana, Huawei mengembangkan solusi-solusi untuk mendukung proses pemulihan dan pencegahan epidemik paska bencana, proses-proses identifaikasi, dukungan bagi penyitas, serta solusi untuk membuat model dan memetakan visualisasi dampak dan kerugian.

"Ini penting, jika data dikelola dengan baik, pemerintah punya data yang tepat untuk melakukan pembangunan," ujar Arri.

Arri juga menambahkan bahwa penerapan solusi manajemen bencana tersebut di Indonesia tidak akan memakan waktu lama.

Pasalnya, sensor untuk merekam data -- yang nantinya dikumpulkan pada data center yang dikembangkan Huawei -- memanfaatkan jaringan komersial.

"Karena tidak perlu membangun infrastruktur sendiri bisa pakai operator apapun. Data ini kita kumpulkan bangun data center, tidak perlu waktu bertahun-tahun, setahun cukup," kata Arri.

Arri mengatakan bahwa beberapa solusi Huawei sudah diimplementasikan oleh pemerintah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), misalnya, telah memanfaatkan solusi Response dan Recovery milik Huawei.

Saat ini, sebanyak 30 negara di dunia telah memanfaatkan solusi manajemen bencana dari Huawei. Beberapa di antaranya, Trinidad and Tobago dan China, telah menerapkan solusi manjemen bencana dari Huawei seutuhnya.

Baca juga: Huawei yakin hukum AS, Kanada akan buat simpulan adil

Baca juga: China desak Kanada bebaskan pejabat Huawei atau hadapi konsekuensi

Baca juga: Disidang, bos Huawei dituduh lakukan penipuan

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018