New York (ANTARA News) - Kurs dolar AS memperpanjang kenaikannya pada akhir perdagangan pada Selasa (Rabu pagi WIB), karena poundsterling merosot atas kekacauan terbaru seputar Brexit.

Perdana Menteri Inggris Teresa May pada Selasa (11/12) bertemu dengan para pemimpin Eropa meminta dukungan untuk perubahan kesepakatan Brexit, setelah ia memutuskan untuk menunda pemungutan suara di parlemen tentang kesepakatan Brexit yang sebelumnya dijadwalkan pada Selasa (11/12).

Namun, Uni Eropa telah menutup kemungkinan untuk menegosiasikan kembali kesepakatan "perceraian" Inggris-Uni Eropa. Kesepakatan Brexit May akan dibawa kembali ke parlemen Inggris untuk pemungutan suara sebelum 21 Januari, kata juru bicara resmi May pada Selasa (11/12). Kabinet akan bertemu pada Rabu sore waktu setempat dengan fokus pada kesiapan tanpa kesepakatan.

Langkah tersebut terus mengguncang investor dan menyeret poundsterling ke tingkat terendah sejak April 2017. Para analis mengatakan sulit untuk memprediksi bagaimana poundsterling akan diperdagangkan di waktu mendatang, karena sebagian besar tergantung pada apa yang akan keluar dari pembicaraan May dengan Brussels dan bagaimana parlemen Inggris akan bereaksi nanti.

Pada akhir perdagangan New York, euro jatuh menjadi 1,1326 dolar AS dari 1,1352 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,2528 dolar AS dari 1,2557 dolar AS di sesi sebelumnya. Dolar Australia meningkat menjadi 0,7205 dolar AS dari 0,7185 dolar AS.

Dolar AS dibeli 113,39 yen Jepang, lebih tinggi dari 113,20 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS meningkat menjadi 0,9928 franc Swiss dari 0,9897 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3396 dolar Kanada dari 1,3411 dolar Kanada. Demikian laporan yang dikutip dari Xinhua.

Baca juga: Harga minyak naik, Rusia pangkas produksi dan Libya "force majeure"

Baca juga: Harga emas turun lagi, tertekan penguatan dolar AS

Baca juga: Ini penyebab kurs rupiah melemah, tembus angka RP14.600




 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018